Film kedua Sherlock Holmes yang berada di bawah penyutradaraan Guy Ritchie ini bercerita tentang pengejaran Sheclok dan dr. Watson pada seorang profesor yang terobsesi menguasai industri senjata dan kedokteran. Prof. Moriarty berniat untuk menyulut peperangan antara Jerman dan Prancis. Bersetting tahun 1891, saya dibawa melihat Inggris klasik.
Kisah dimulai dengan pernikahan dr. Watson dengan Mary. Sebelum perhelatan berlangsung, Sherlock menyiapkan pesta bujang, tapi sebenarnya ada sesuatu yang tersembunyi di sana. Seorang gypsi pembaca kartu, bernama Madame Simza merupakan adik dari seorang anggota kelompok anarkis yang dibayar oleh Moriarty untuk mengacaukan perdamaian. Sherlock menemui perempuan ini untuk menyampaikan surat dari sang kakak. Simza tidak percaya begitu saja hingga ia mendapati seorang pembunuh bayaran mengincar nyawanya.
Mereka kemudian berusaha mencari Rene beserta Watson yang terpaksa menunda bulan madunya. Akibat terjadinya pemboman, semua perbatasan dijaga dengan ketat, tapi Simza punya alternatif jalan yang lain, naik kuda. Untuk menangkap Moriarty yang dilindungi seorang pembunuh bayaran menjadi sulit, terlebih ia sudah membeli sejumlah pabrik senjata. Mati-matian Sherlock dan Watson menghadapi musuhnya, bahkan seringkali berhadapan dengan maut. Tapi jangan khawatir, Sherlock dengan berbagai penyamarannya, berhasil membongkar sejumlah rahasia sang profesor dengan begitu cerdik.
Setting klasik tidak menjadi alasan untuk menampilkan efek-efek tertentu, seperti ledakan dan menara yang runtuh, dan tidak pula terkesan dipaksakan. Kejeniusan Sherlock dalam berstrategi dan menjelaskan banyak hal dalam waktu singkat membuat film ini terasa berbobot.
Sherlock Holmes: A Game of Shadows trailer
Yogyakarta, 4 Agustus 2014
Tags
Film