Di dalam buku setebal 291 halaman ini, terbagi ke dalam 15 bab dan saya harus jujur kalau menghentikan pembacaaan hingga bab 8, artinya lebih dari setengah perjalanan. Sebelum mengungkapkan alasan melakukan hal itu, saya ceritakan dulu storyline dari CoJ.
Juno adalah seorang anak band yang pada suatu hari didepak oleh personel band lainnya karena terlalu idealis dengan musik rock yang dibawakannya, membuat orang yang tertarik mengundang mereka perform pun sangat terbatas. Dalam waktu 3 tahun, mereka hanya tampil 2 kali. Pihak yang paling keras kontra adalah Rano, cowok ini juga kakak dari pacarnya Juno, Renzi. Selang beberapa bab, Renzi kemudian minta putus dengan Juno. Lengkaplah, karier, cinta, dan sahabat hilang.

Lagi asyik-asyiknya belajar, teman masa SMA Juno hadir kembali. Ozi namanya. Katanya pas perpisahan SMA, si Ozi pernah meluk Juno sambil nangis. Ozi awalnya hadir untuk mengundang band Botani Bonsai untuk tampil di acaranya. Belum tahu kalau Juno sudah dikeluarkan dengan sadisnya dan Rano dengan mudah mendapatkan vokalis baru. Ozi tampak berempati begitu tahu kalau Juno bukanlah musisi rock lagi. Ia mendukung niat Juno untuk menjadi comic.
Sekarang, alasan saya menamatkan buku ini sebelum cerita benar-benar berakhir, adalah satu hal. Ceritanya terlalu sentral pada Juno. Dia sebagai sorotan utama sementara tokoh lainnya ada dalam porsi kecil dan tidak ada eksplorasi khusus. Konfliknya hanya Juno dan hidupnya. Sementara novel, bagi saya, butuh sub-konflik untuk memancing sewaktu-waktu pembaca jenuh "bertemu" tokoh utama. Saya suka dengan kerumitan yang ada dalam sebuah novel. Itu tidak ada dalam CoJ
Ada banyak celah yang sebenarnya bisa diisi dengan adegan dramatis atau konflik-konflik minor tokoh lain. Saya paham kalau Juno ingin mengubah hidupnya dari rocker menjadi comic, tapi kan bukan berarti tidak boleh ada selingan cerita lainnya yang bisa jadi nanti ujung-ujungnya akan terkait dengan tokoh utama, kan? Hingga di tengah perjalanan saya tidak melihat ada tanda-tanda akan ada perubahan kiblat penceritaan. Dan rasanya sudah terlambat jika memasukkan itu di bab 10 dan seterusnya. Seharusnya dari bab 2 sudah ada tanda-tanda itu.
Yup, saya tidak bisa menulis lebih banyak dari ini. Dan saya harap Jacob Julian tidak ngambek guling-guling dan bergalau ria dengan lagu Aku Ora Popo-nya Jupe membaca tulisan saya. Terus berkarya, Jacob.
Yogyakarta, 1 Juni 2014
Tags
Buku