Perempuan dan menulis, dua hal yang bertemu belum saja lama, dibandingkan dengan lelaki dan menulis. Sebuah hal yang patut untuk menjadi sejarah manis bagi kaum perempuan hingga sekarang. Di awal kemunculan tradisi menulis oleh perempuan, tema-tema yang diusung masing sangat sempit cakupannya, waktu akhirnya semakin mengikis "cakupan sempit" tersebut menjadi lebih dan lebih luas lagi, bahkan menyetarai tulisan-tulisan kaum lelaki.
Tiga abad perempuan, menjadi bukti sejarah betapa dahulu, dunia yang "ditulis" kaum perempuan, terhitung domestik, tentang perempuan, seksualitas, tubuhnya, perasaannya, keinginannya. beberapa poin yang secara garis besar menjadi keumuman tersendiri, hingga saya harus memahami hal itu akan berulang muncul sepanjang 382 halaman, 22 cerita pendek. Ada kalanya saya menikmati, ada juga yang bagi saya sulit untuk bisa memahamkan diri sendiri dan menggali nilai-nilai di dalamnya. Persoalan kekinian bisa jadi menjadi kendala. Membaca cerita-cerita masa kini, lalu saya terlempar ke masa di mana perempuan masih asing dengan dirinya, menjalani kehidupan dengan orang yang tidak dicintai, berusaha untuk memperlihatkan eksistensi diri, hingga menderita dalam kesepian. Tema-tema ini silih berganti mengisi halaman demi halaman dan membuat saya cukup lama menyelesaikan pembacaan.

22 penulis dan karya-karyanya. Clara Schiavolena mengurai kisah seorang bayi yang lahir dari seorang perempuan yang telah diselingkuhi oleh suaminya sendiri. Sebuah sirkulasi kehidupan, ada yang lahir lalu ada yang mati dalam waktu bersamaan. Sang bayi lahir, sang ibu meninggal. Sebuah penderitaan yang akhirnya berhenti. Suaminya adalah seorang pria bejat pemabuk dan berselingkuh dengan saudara kembar istrinya sendiri.
Cerpen Mandi ditulis oleh Henry Handel Richardson, mengambil setting tepi pantai dengan seorang anak kecil yang telanjang bersama dua perempuan dewasa, yang kemudian juga bertelanjang dengan leluasa, berenang di pantai dengan tanpa hrasa malu. Bahwa si anak kecil belumlah sampai di masa akil balik, Tubuhnya masihlah kanak-kanak, payudaranya belum tumbuh, tubuhnya belum bergelambir. Dan dia takut memiliki tubuh seperti mereka.
Alix Kates Shulman menuliskan kisah yang agak "nakal", atau sensual yang cukup ekstrem melalui tokoh Lucky Larrabee yang memelihara anjing dan merasakan sensasi seks oral yang hemmm di usianya yang masih kecil. Pengalaman seksual tampaknya menjadi salah satu tema yang memang sangat penting untuk diangkat walaupun di zamannya masih tergolong tabu. Tapi perempuan, menurut saya, sepatutnya memiliki pengetahuan yang setara dengan pria seputar seksualitas, hingga definisi sebuah orgasme.
Cerpen yang saya favoritkan adalah Duka Aliena, dari Eliza Haywood, mengisahkan cinta seorang gadis pada seorang kapten kapal. Rasa takut berjauhan dengan sang kaptem membuatnya nekat menyamar sebagai laki-laki, demi bisa memasuki kapal dan mengikuti ke mana sang kekasih pergi. Kenekatannya terkendala, dengan tubuh perempuannya yang tidak bisa bohong. Dia perempuan yang tidak bisa seenaknya masuk ke dunia laki-laki, seberapa pun usahanya menutupi keperempuanannya. Saya rasa, cerita ini masih akan berlaku hingga sekarang, walaupun perempuan memegang peranan-peranan yang penting dalam kehidupan. Lagi-lagi pembatasan itu, meski tidak setebal dahulu, masih saja ada. Keberadaan kaum feminis diakui memiliki andil besar, tapi bukan satu-satunya yang mengubah dunia.
Yogyakarta, 20 Juli 2014
Tags
Buku