Jika bukan karena harus terlibat dalam proses pracetak, saya malas membaca buku ini sampai selesai, genre yang saya pribadi tidak sukai, yaitu horor. Semenjak halaman pertama, berhasil membuat saya merinding, dengan perilaku-perilaku anak-anak Golik dan apa pun yang terjadi di dalam rumahnya. Bukan, bukan di An Hammer sebagaimana yang disebutkan pada sampul belakang buku.
Sebelum pindah ke An Hammer, sudah ada sesuatu yang salah dengan keluarga ini! Mulai dari sosok yang suka melintas dan dikira salah satu anak yang berjalan sambil tidur, lalu kelinci yang mati dengan keadaan mengenaskan (hlm. 10), dan perilaku aneh si kembar yang bisa melihat kejadian masa depan.

Buku ini menghadirkan tokoh yang cukup banyak sampai perlu diberikan daftar nama tokoh yang sering muncul. James menempati rumah tidak hanya bersama istri dan anak-anaknya, tapi juga dengan keluarga lainnya. Rumah mereka cukup besar sehingga tidak perlu tidur berdempet-dempetan. James mengalami kebangkrutan dan hal itu lama ia sembunyikan dari sang istri, Corey. Ia berpura-pura setiap pagi ke kantor sampai sang istri akhirnya tahu. Hal itu diketahui Corey setelah ia melunasi pembayaran untuk An Hammer yang terletak di Boonville. Sudah lama ia ingin memiliki tempat tinggal khusus keluarga inti. Apa mau dikata, tidak mungkin pembelian rumah itu dibatalkan. Anak-anak mereka pun sudah telanjur suka pada An Hammer.
James sekeluarga pun pindah ke rumah baru. Rumah bergaya Victoria klasik itu terbilang elegan, ditambah lagi ada danaunya. Rumah itu lama tidak ditempati dan orang-orang setempat tahu betul bagaimana nasib tragis yang menimpa penghuni yang terdahulu. Isu soal hantu gentayangan pun bergulir tanpa diminta.
Anak-anak Golik, mungkin karena sudah terbiasa dengan kejadian-kejadian aneh di rumah lama, santai-santai saja. Mereka bahkan asyik bermain papan ouija. Janet, bahkan dengan santainya berkomunikasi dengan Dalal.
“Bagaimana kulitmu bisa mengelupas seperti itu? Dibakar? Apa aku tidak salah dengar?” (hlm. 233)
“Dia memotong lidahmu terlebih dahulu, lalu baru membakarmu?” tebaknya kemudian (hlm. 233).
Kehadiran hantu gentayangan akhirnya membuat James stres dan terdorong untuk melakukan hal yang sekian tahun silam terjadi. Pembantaian keluarga yang menyisakan tanya di benak orang sekitar tentang apa yang sebenarnya terjadi. Apakah memang di rumah itu ada kutukan yang akan selalu memakan korban?
Yogyakarta, 20 September 2014.
Tags
Buku