Maafkan soal judul tulisan ini yang sangat tidak click bait sekali. Saya mulai nulis ini sepulang dari kantor, dengan kepala sebelah kanan agak sakit, bukan karena kerjaan, tapi kayaknya kurang makan. Itu serius. Buktinya tadi siang, setelah melahap burger dengan dua tumpuk patty, langsung hilang tuh. Sekarang sudah lapar lagi. Mungkin ya, karena tadi pagi sempat jalan pagi/lari sejauh 5 kilometer, habis itu sarapan hanya dengan alpukat dan pisang. Pisangnya pisang susu lagi, yang imut, bukan yang jumbo. Kalau jumbo mah film. Kalau dumbo mah lele. Kalau …
Stop it!
Oke, dari tadi pagi sebenarnya saya sudah terpikirkan mau
membuat tulisan ini. Dari kemarin. Sebenarnya, dari kemarinnya lagi.
Terakhir kan saya sempat bahas ya soal Up from the Bottom, yang masuk From Zero
Deluxe Edition. Kalau yang belum tahu, Linkin Park di tahun 2024 itu kembali
melanjutkan kiprah musik mereka, dengan banyak kejutan baru. Vokalis baru,
drummer baru, album baru. Vokalisnya adalah cabutan dari sebuah band pop
punk/rock asal LA, Dead Sara, Emily Armstrong namanya. Drummernya adalah
seorang produser musik beberapa band rock. Mereka rilis album pertengahan November
2024, plus tur beberapa kota di beberapa negara. Disclaimer ya, untuk kesekian
kalinya, kalau saya bukanlah Superman … bukan ya … saya bukan penggemar Linkin
Park. Saya adalah Swifties. Tapi, saya tidak bisa menafikan, bahwa saya mulai rajin mengikuti update tentang Linkin Park era yang sekarang karena vokalisnya.
Karena vokalisnya Emily. Orang ini kayaknya pakai semacam susuk pemikat versi
4.0 karena dia menjadi pusat perhatian tanpa tedeng aling-aling. Dan saya
termasuk salah satu korban susuk Emily. Belum tentu kalau vokalisnya cewek
lain, secara ada beberapa rumor beredar masa itu, termasuk vokalis Evanescence,
saya akan sama terpikatnya. Dan Emily mengubah citra band yang sangat sangar di
panggung, menjadi band yang chill, tapi musikalitasnya kelas dewa.
Itulah sebabnya di blog saya ini sudah ada beberapa tulisan
saya tentang Linkin Park dan NOL soal Taylor Swift.
Main pecut, lanjut!
Di dalam From Zero Deluxe Edition, ada 3 lagu baru, termasuk
Up from The Bottom, satu-satunya lagu yang dibuatkan video klip. Dan video klip
itu, entah memang dikonsep atau bagaimana, dengan adanya adegan Mike
menyerahkan gitarnya ke Emily walaupun cuma main sebentar, yang mana itu hal
yang menurut saya keren abis dan bukan cuma saya yang berpendapat begitu tapi
banyak netizen, ketika dibawakan di panggung, Emily beneran pakai gitar. Jadi
ketika di panggung ada 2 lagu yang Emily pegang gitar, Over Each Other dan Up
from the Bottom itu tadi.
Tapi jujur, masih lebih keren Emily main gitar pas manggung sama Dead
Sara. Salah satunya, coba cari video Dead Sara live bawain Lemon Scent.
Bandingkan ketika dia sama Linkin Park, jauh berbeda, coy! Ya gimana, Linkin
Park gitarisnya aja ada dua. Kayaknya Emily nggak main gitar juga nggak ada
pengaruhnya. Tapi Mike menyadari bahwa penonton suka itu.
Lagu baru kedua berjudul Unshatter. Maknanya adalah
memulihkan (dari kehancuran). Untuk keseharian seperti recovery, lah. Tapi kan
aneh ya kalau Mike Shinoda pakai kata “recovery” dalam lirik lagu. Saya tidak
akan menguras otak untuk menebak-nebak makna terdalam dari lagu ini. Buat apa,
ha? Emang saya tidak ada kesibukan lain? Seperti judulnya, lagu ini kurang
lebih semacam memperlihatkan keteguhan seseorang untuk memulihkan diri dari
sesuatu kejadian yang sudah membuatnya hancur. Apa pun itu. Tidak harus dalam
konteks hubungan percintaan dua anak manusia. Bisa jadi korban tsunami, atau
korban kebijakan pemerintah yang tidak prorakyat. Hus, pemerintah mana memangnya yang suka semena-mena?
Proses pembuatan Unshatter adalah pada masa awal Emily
diajak bergabung dengan Linkin Park. Jadi sangat wajar jika banyak fans yang
memberikan komentar bahwa lagu ini terlalu Dead Sara. Dan saya pun sependapat.
Bagaimana cara Emily bernyanyi saat itu berbeda dibandingkan dengan 10 lagu
yang sudah rilis sebelumnya. Tapi saya suka. Saya adalah salah satu orang yang
sedih karena besar kemungkinan Dead Sara akan sangat lama hiatus mengingat tur
dunia Linkin Park berlangsung sampai akhir tahun ini. Dan saya mungkin tidak
akan menyukai Dead Sara lagi jika vokalisnya diganti.
Saya menonton banyak video reaksi untuk lagu ini. Dan
semuanya memuji. Bisa jadi karena algoritma dengan sendirinya membuang
jauh-jauh mereka yang membuat reaksi tidak suka. Terima kasih ya, algoritma. Vokalnya
Emily sangat berbeda. Dan menjadi masuk akal kalau mengikuti proses pembuatan
tiap lagu di album From Zero yang ditayangkan di LPTV. Misalnya ketika Mike
ingin uji coba seberapa maksimal suara Emily saat proses rekaman lagu Casualty.
Mukanya Emily sampai merah ketika dia harus screaming berulang-ulang. Screaming
Emily di Dead Sara dan di Linkin Park adalah jenis yang berbeda. Berbeda
template. Di Linkin Park, template Chester tidak bisa digantikan sesukanya.
Emily harus mengikuti itu. Dia tidak bisa menyanyikan Crawling dengan cara dia
di Dead Sara. Chord bisa diubah, tapi cara menyanyinya tidak bisa diubah. Harus
seperti Chester.
Saya menonton video Linkin Park Celebrate Life, itu adalah
konser tribute untuk Chester. Ada banyak sekali penyanyi dan vokalis yang
tampil untuk mengisi vokalnya Chester. Tonton sendiri deh. Mungkin ya, karena
mereka ada yang lagi mabok, atau ada yang lagi radang tenggorokan, atau
latihannya kurang banyak, saya tidak menemukan ada yang nge-blend sama Mike. Dari
sebuah wawancara, Emily pernah bilang bahwa dia pengin ikut di acara itu, tapi
tidak bisa karena slot-nya sudah penuh dan semuanya sudah latihan. Mike
kemudian bilang, kurang-lebih, baguslah Emily tidak ikut di acara itu. Memang
belum waktunya saat itu.
Ya, Emily salah satu penyanyi yang bisa menyanyi seperti
Chester dan punya showmanship yang kuat. Buat para haters Emily, saya tahu
kalian sulit menerima pernyataan ini hahahaha.
Lanjut lagu ketiga, Let You Fade. Ketika mendengar lagu ini
pukul 3 dini hari tadi, saya berpikir apakah saya suka lagu ini atau tidak.
Sampai pukul 10 malam sekarang, saya tidak menemukan jawabannya. Lagu ini bagus
banget tapi saya tidak menemukan titik yang cukup banyak untuk bisa suka, tidak
seperti ketika saya mendengar Unshatter. Tapi jujur, saya sama tidak sabarnya
menunggu lagu ini dibawakan secara live, seperti halnya Unshatter.
Oh ya bicara sedikit soal tampil di panggung. Ada seseorang
yang punya akun Youtube bernama Erynn Halvorson. Dia itu sering banget nonton konser, dia
rekam lalu dia unggah. Dia selalu berdiri di barisan depan. Termasuk Linkin
Park adalah konser yang sering dia hadiri. Kualitas suara dari rekaman dia itu
bagus banget. Entah dia pakai peralatan apa sampai bisa hasilnya sejernih itu.
Tapi, ternyata, ini bukan sepenuhnya soal peralatan yang dia
pakai. Juga ditentukan dari kualitas sound si artisnya. Linkin Park memang
kualitas sound-nya bagus banget. Coba deh cari rekaman konser Linkin Park dari
penonton yang duduknya di belakang-belakang, yang nontonnya layar bukan
panggung saking udah tidak bisa melihat apa-apa. Dari jauh pun memang hasilnya
bagus. Erynn juga punya rekaman konser Taylor Swift. Tidak usah ditanya, sudah
pasti jernih kayak dengar langsung di Spotify. Sayangnya yang bisa saya tonton
hanya satu video. Mungkin ya, lebih nikmat menikmati konsernya daripada merekam
ya. Secara dancer Taylor Swift itu lumayan banyak dan panggungnya sangat besar.
Lebih enak kalau merekam dari jauh.
Dan banyak artis lain yang kualitas sound panggungnya agak
kureng. Ada yang musiknya kekencengan, hingga vokalnya tidak terdengar. Ada
penyanyi solo yang suaranya tidak kedengaran. Ada yang panggungnya ketinggian.
Ada yang pelit berinteraksi sama penonton dan asyik sendiri.
Taylor Swift dan Linkin Park adalah musisi yang menurut saya
sangat kuat interaksinya dengan penonton.
Dari 3 lagu baru yang diliris untuk Deluxe Edition, temanya tidak
jauh-jauh dari trauma, merasa menjadi korban dari sesuatu, proses penyembuhan
diri, dan proses untuk melanjutkan hidup setelah kehilangan sesuatu yang kita
cinta. Dan bisa untuk kejadian apa pun dalam kehidupan ini.
Harapan saya supaya ada beberapa lagu live bakal dirilis, sayangnya belum terwujudkan. Entah mengapa. Dari beberapa konser yang dimulai lagi pada akhir April kemarin itu, ada banyak lagu baru yang dibawakan, seperti Stained, IGYEIH dan, Up from the Bottom. Boleh jadi, mereka ingin lebih banyak pilihan untuk nanti dikompilasikan. Jujur, From di Inside ketika dibawakan pertama kali di Mexico adalah yang paling epic. Where’d You Go juga kejutan banget. Lagu lama yang, lagi-lagi, dinyanyikan sama Emily jadinya adalah lagu baru dengan nuansa yang baru.
Dan itulah From Zero Deluxe Edition. Satu hal menyenangkan setidaknya menghibur saya yang masih deg-degan menunggu visa dari Kerajaan Arab Saudi dan teman-teman kantor saya menanyakan kapan saya berangkat. Dan di saat inilah saya menyadari bahwa sabar itu adalah tingkatan kelas tinggi dari psikologi manusia. Dan juga, satu-satunya senjata yang bisa diandalkan manusia adalah doa.