Dua Bulan Latihan Fisik untuk Persiapan Haji 2025


Hari ini tanggal 2 Syawal, berlalu dengan biasa-biasa saja seperti kemarin. Tidak ketemu orang tua, saudara, dan empat keponakan yang lucu-lucu itu. Sejak dari beberapa bulan lalu, saya memang dilarang mudik Lebaran oleh orang tua, karena insyaallah akan berangkat haji. Saya perantau dari jauh, yang setiap mudik perlu tiket pesawat yang tidak murah. Itu alasan pertama. Alasan kedua, biar waktunya digunakan untuk persiapan haji.

Sebagai anak yang patuh, okelah saya ikuti saja. Untuk haji yang ini, memang terkesan rada mendadak. Antrean haji plus saya masih tahun 2029. Antrean haji reguler sudah dicabut beberapa bulan lalu karena sangat panjang dan kalau tidak salah, saat usia saya sudah enam puluh sekian. Siapa yang menjamin umur segitu saya masih hidup?

Jadi ini adalah haji furada. Haji yang pengelolaannya antara pihak travel dengan Kerajaan Arab Saudi. Sama sekali tidak mengusik kuota haji reguler maupun haji plus. Kemungkinan keberangkatan pun 50:50, salah satunya ditentukan apakah visa akan keluar atau tidak. Kakak ipar saya adalah contoh yang keberangkatannya ditunda tahun berikutnya karena visa tidak keluar. Dan itu last minute.

Meski demikian, untuk sejumlah persiapan tetap saya lakukan. Pertama, belanja busana yang layak dipakai ketika bertamu ke rumah Allah, karena pakaian saya semua bisa dibilang tidak ada yang memenuhi syarat. Baju kok ketat-ketat semua, mentang-mentang latihan otot ya, ha? Ya iyalah. Emang enak apa ngangkat-ngakat dumbbell mulu?

Kedua, persiapan fisik. Saya sudah banyak sekali mendengar banyak jamaah haji yang tepar gara-gara kecapekan dengan rundown selama pelaksanaan ibadah haji. Pelaksanaan umrah dan haji jauh berbeda. Fasilitasnya pun berbeda. Bahkan meskipun itu adalah haji furada yang katanya biayanya bisa dua kali lipat haji plus. Jadi, ada yang bilang bahwa haji furada intinya adalah membeli waktu. Dulu, sebenarnya haji plus juga berprinsip yang sama. Sewaktu kakak saya berangkat haji, kalau nggak salah ingat, antara berangkat di tahun yang sama atau tahun berikutnya. Biayanya pun belum naik sefantastis sekarang. Haji reguler aja kan sudah naik banyak sekali kan?

Haji furada pun terbagi dua kasta, yang ekonomi dan eksklusif. Kalau di travel yang saya pakai, Luna Amanah, ini yang bintang tiga, alias ekonomi, yang paling murah, biayanya 18.000 dolar (kurang lebih 280 juta). Naiknya dolar belakangan ini, jujur, memang cukup bikin saya ketar-ketir sih. Walaupun sepeser pun bukan uang saya, tetap saja saya ketar-ketir. Kemarin hitungannya ketika 1 dolar masih 15.800 rupiah. Saya tahu ini mustahil, tapi boleh kan saya berdoa semoga dolar tiba-tiba turun jadi 14.000 rupiah.


Sedikit saya perlu jelaskan, mungkin ada yang tertarik, untuk pembayarannya ada tiga tahap. Tahap 1 sebesar 3.000 dolar. Tahap kedua sebesar 7.000 dolar (maksimal 15 Ramadhan). Tahap ketiga sebesar 8.000 nanti dibayarkan ketika visa sudah keluar.

Lalu yang eksklusif bagaimana kisaran harganya? Bisalah sampai setengah miliar bahkan 1 miliar. Berhubung saya tidak punya infonya, cari sendiri sajalah. Kalau kakak ipar saya katanya 23.000 dolar.

Untuk kelengkapan dokumen, tidak berbeda dengan haji reguler atau plus. Yang paling penting pastikan paspor belum akan kedaluarsa menjelang waktu keberangkatan. Antrean paspor yang murah meriah itu cukup panjang lho. Lebih baik memastikan sudah aman. Mau yang tanpa antrean bisa juga. Tarifnya kalau tidak salah 1 juta.

Untuk mendapatkan banyak insight, saya banyak melihat VT di TikTok. Mulai dari rundown utama (menjelang wukuf di Arafah, Muzdalifah dan Mina—sering disingkat Armuzna), perlengkapan yang harus dibawa, bagaimana kondisi di sana, apa yang boleh dan tidak boleh, bingung karena terpisah dari rombongan, soal makanan, dan banyak lagi lainnya. Saya sama sekali tidak bisa mengandalkan pengalaman umrah sepuluh tahun lalu. Semuanya sudah banyak berubah, terlebih sejak Covid.

Tapi, apa yang masih jarang saya temukan adalah bahasan tentang persiapan fisik. Buat yang naik haji di usia 20-an, kekhawatiran akan kelelahan fisik mungkin tidak akan setinggi yang usianya sudah 40-an seperti saya.

Meskipun saya hitungannya rajin berolahraga, saya merasa bahwa kemungkinan akan drop di sana itu sangat ada dengan adanya perbedaan waktu, perjalanan yang cukup panjang, mungkin perut juga akan sama bertingkahnya dengan ketika di tanah air, mungkin tiba-tiba udaranya berubah drastis yang harusnya musim panas tiba-tiba turun hujan, bahkan saya khawatir tangan saya tidak kuat melempar jumrah.

Saya termasuk orang yang overthinkingnya di atas rata-rata. Saya bahkan tidak bisa menghilangkan kekhawatiran bagaimana ketika thawaf tiba-tiba saya mules. Asal tahu saja, ya, jarak dari Ka’bah ke toilet itu sangat jauh dan selalu antre panjang. Tahun ini, bahkan dikatakan adalah haji akbar, dan jamaahnya akan selalu lebih berjubel ketimbang bukan haji akbar.     

Memang, hal-hal sereceh itu tidak seharusnya saya cemaskan. Mbok cemas itu karena belum ngehafalin seabrek doa-doa. Itu baru worth it.

Oke, lanjut soal persiapan fisik. Dulu saya itu pernah ikut half marathon, latihannya sendiri butuh kurang lebih 2 bulan untuk membangun ketahanan tubuh. Maka, untuk haji pun saya rasa, saya perlu latihan khusus yang kompatibel dengan kebutuhan ketika nanti di sana. Seperti biasa, saya meminta bantuan ChatGPT untuk menyiapkan program latihan untuk 2 bulan.

Maka, saya pun dibuatkan program latihan dengan fokus utama adalah kaki, mengingat semua ibadah menuntut banyak jalan kaki. Untuk shalat saja dari hotel harus jalan kaki. Tidak ada namanya bus khusus antar jemput. Kecuali bayar sendiri. Latihan jalan yang harus dilakukan pun bervariasi, ada yang jalan santai, ada yang jalan cepat.  

Selain jalan, latihan penguatan otot juga penting, mengingat kita harus membawa barang-barang kita sendiri. Di sana juga akan berdesak-desakan dengan orang yang badannya lebih bongsor dari rata-rata orang Indonesia, dan latihan otot penting agar kita punya kekuatan fisik. Kalau kena dorong, balas dorong.

Latihan napas juga dibutuhkan dengan sering naik turun tangga. Saya sih tidak menyarankan latihan lari bagi yang sebelumnya tidak pernah lari. Sebisa mungkin hindari saja aktivitas yang bisa menimbulkan cedera pada tubuh. Kalau mau mulai lari setelah pulang haji, ya silakan.

Dan, yang tidak boleh dilupakan adalah latihan stretching. Bisa ngambil latihan stretching dari jadwal latihan yang pernah saya upload sebelumnya. Ini penting untuk memastikan otot tidak cedera dan juga mengurangi risiko sakit punggung. Atau langsung download di sini.

Latihan ini saya akan saya mulai insyaallah besok, sehingga memang oleh ChatGPT sudah ditulis tanggal 3 April dan ada checklist untuk menandai kedisiplinan. Silakan dicoba, dan semoga kita semua bisa menjalankan ibadah haji ini dengan sempurna, sehat selalu, dan menjadi haji yang mabrur. Amin.

Download jadwal latihan fisik menjelang haji.

Post a Comment

Previous Post Next Post