Kamu Harus Menulis!

Why? Kenapa kita harus menulis? Saya nggak mau jadi penulis. Saya sukanya makan manggis. Saya nggak perlu nulis, udah manis.
Mengapa kita perlu menulis? Kenapa saya suka menulis? Menulis itu aktivitas yang tidak melelahkan fisik tapi menjadi "olahraga" otak agar aktif sepanjang waktu. Ketika seseorang menulis cerita pendek, waktu yang ia butuhkan mungkin hanya seharian, tapi otaknya pasti akan berputar untuk menghasilkan ide lebih panjang dari itu. Ide itu sudah ada sejak lama, tapi baru sekarang dituliskan. Menulis membuat manusia tidak mengalami penurunan kecerdasan. Orang-orang yang menulis, tentunya punya daya ingat teramat kuat.
Lalu apa manfaat lainnya lagi dari menulis? Ada sebuah artikel dari creative-writing-now.com yang akan saya gunakan untuk menjawab pertanyaan itu.
Pertama, menulis adalah bagian dari ekspresi diri. Menulis bukanlah ekspresi dari orang lain. Boleh saja si X menulis kisah orang lain, tapi perakitan cerita itu ada di dalam otak si X, dialah yang akan mewarnai cerita itu. Ekspresi-ekspresi yang ia keluarkan mungkin tidak sama dengan source, tapi itu tidak salah. Semua ekspresi adalah benar, boleh, halal. Soal berekspresi, tidak semua orang pandai melakukannya. Tanpa adanya ekspresi dari si penulis, cerita akan terasa hampa.
Kedua, menulis itu ajang untuk menghibur diri. Sebuah cerita yang baik adalah yang mampu menghanyutkan pembaca ke dalam alur yang berliku-liku, tidak tertebak, misterius, dan sebagainya. Bukan berarti merujuk pada kisah petualangan saja. Cerita berkualitas hanya akan dihasilkan oleh penulis dengan pikiran fresh dan tidak tertekan. Penulis idealnya adalah entertainer bagi dirinya sendiri dan orang lain.
Ketiga, menulis membuat seseorang tidak merasa kesepian. Dialog-dialog keren dalam tulisan lahir karena si penulis "menghidupkan" tokoh-tokohnya. Dia menjadi "sutradara" untuk setiap adegan, mempengaruhi seluruh cerita. Ingat penulis tidak harus selalu menjadi pemeran utama, karena hal ini kadang malah mengacaukan karakter asli si tokoh. Jagalah jarak.
Keempat, menulis membuat seseorang bisa bebas berkeliaran dalam kehidupan orang lain. itu tidak akan mungkin terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Penulis jika memakai POV 1 bisa menyulap dirinya menjadi si tokoh, dengan POV 2 dan 3 dia menjadi pengamat yg jeli.
Kelima, mempengaruhi orang lain. Halaman demi halaman berisi alur yang semakin sulit untuk ditinggalkan. Di sisi lain, pembaca merasa ada keterikatan dengan buku yang dibacanya. Ia harus membaca sampai cerita itu selesai, meski bukan berarti tidak ada rehat untuk kegiatan lain. Sebuah cerita yang baik juga idealnya menyampaikan pendapat si penulis, tanpa perlu menjadi guru yang mendoktrin.
Lima poin masih terlalu sedikit. Para penulis besar juga menganggap jika menulis termasuk obat awet muda yang paling murah meriah. Silakan dicoba dengan dosis yang tepat.

Yogyakarta, 11 Juni 2014
Previous Post Next Post

نموذج الاتصال