Belakangan ini, saya tidak bisa tidak menyantap satu episode serial Rizzoli & Isles, baik itu sepulang kerja atau sebelum kerja. Ini bukan serial detektif pertama yang saya ikuti, setidaknya, saya pun menyukai Monk dan The Mentalist.
Rizzoli dan Isles diambil dari nama seorang detektif berdarah Italia, Jane Clementine (Angie Harmon) dan seorang medical examiner muda, Maura Isles (Sasha Alexander). Di season pertama episode awal, penonton sudah dihadapkan pada sebuah kasus, bukan perkenalan tokoh-tokoh sebagaimana sebuah serial baru. Episode demi episode, barulah banyak rahasia yang terungkap. Misalnya Maura adalah anak kandung seorang mafia Irlandia yang dikejar-kejar FBI dan Boston Police Deparment karena beberapa kasus pembunuhan. Ibunya Maura adalah seorang dokter, profesi yang sama ditekuni Maura. Mereka bertemu setelah Maura besar, karena Maura dikira meninggal begitu lahir. Lalu Jane, seputar percintaan, dia dekat dengan seorang militer yang tubuhnya separuh lumpuh. Itu sekelumit kisah-kisah pribadi mereka. Menjadi selingan dengan kasus-kasus kriminal yang mereka hadapi.
Saya juga menyukai musik pembuka di serial ini, semacam bernuansa Irlandia gimana gitu.
Karakter Rizzoli dan Isles unik. Dari soal tampilan dulu, Jane itu tomboi (maka wajar jika sebuah situs khusus lesbian menyediakan DVD serial ini, komplet sampai season 4, sekarang jalan season 5) atau disamakan dengan butch. Sebagai polisi detektif, wajar ia punya tubuh proporsional, sporty, dengan rambut panjang hitam rada bergelombang. Suaranya pun khas dengan sedikit serak.
Sementara Maura, berambut pirang, feminin dan fashionable. Selain pintar dalam membeda-bedah mayat, ia pun seperti Wikipedia berjalan. Semua hal ia uraikan, dengan bahasa-bahasa yang sulit dipahami. Itulah Maura. Bakat pintarnya itu memang diturunkan dari sang ibu yang lulusankedokteran Harvard. Ibu angkatnya pun juga cerdas. Jadi, bisa dibilang, soal otak, Maura ini nggak ada kurangnya. Tapi uniknya lagi, dia ini punya selera humor yang baik, sama seperti Jane. Jadi, cocoklah mereka berdua ini sebagai partner.
Bukan berarti di antara mereka tidak ada percekcokan. Peristiwa emosional yang membuat hubungan keduanya renggang adalah ketika Jane harus menembak ayah kandung Maura. Itu sebenarnya terpaksa ia lakukan. Maura tetap tidak mau tahu. Bagaimanapun, ia menyayangi sosok ayahnya.
Kejadian dramatis itu dijadikan jembatan dari season 2 ke season 3. Wajar kan kalau penonton jadi penasaran gimana kelanjutannya.
Apakah serial ini terkait dengan isu LGBT? Saya rasa tidak. Jane dan Maura memang sangat dekat. Hampir di semua kasus mereka bekerja sama. Dalam kehidupan pribadi, keduanya pun dekat. Ibunya Jane bahkan tinggal di guesthouse milik Maura. Tapi jangan pula heran kalau beberapa dialog sering menyerempet ke hal-hal itu dan gestur mereka. But they aren't couple. Itu yang tersirat dari serial Rizzoli & Isles.
Yogyakarta, 17 Juni 2014
Tags
Serial TV