Ketika Tiba-Tiba Nostalgia dengan si Band Nu Metal Limp Bizkit


Hari ini tanggal 23 Maret 2025 atau sama dengan 23 Ramadhan. Berarti semalam mungkin malam Lailatul Qadar. Tapi kayaknya feeling saya lebih kuat ke tanggal 27 Ramadhan dah. Karena 2+7 itu 9, angka yang disukai Tuhan. Kenapa ha? Mau protes? Antum kan juga kagak tahu pastinya kapan. Eh tapi, kalau yang mulai puasanya belakangan, berarti nanti malam baru malam ganjil lho. Apa mungkin ada dua kali si malam seribu bulan itu?

BTW, bagaimana dengan crowded di masjid tempat antum tarawih? Shaf masih sold out? Di tempat saya alhamdulillah masih sold out, walaupun yang masbuk banyak coy. Dua baris sendiri tuh emak-emak. Kadang ada yang baru datang bahkan setelah shalat Isya selesai. Banyak cucian piring ya di rumah? Bocil yang datang juga banyak, saking banyaknya mereka disediakan tempat sendiri, dipisah dari jamaah laki-laki di lantai 2. Ini nih calon generasi emas 2045 kebanggaan kita semua. Lumayan berisik mereka. Tapi zaman saya bocil kan kelakuan juga sama kayak gitu. Si ada tuh yang pas ceramah duduk tenang fokus dengerin. Ada sih, bisa dihitung jari tapi kan.

Di usia segini, emang akhirnya saya merasakan apa yang dulu orang-orang tua rasakan. Gemes ama kelakuan bocil di masjid tapi menahan diri buat negur. Dulu kalau ditegur tuh langsung kicep. Lah sekarang, diem bentar habis itu mulai lagi. Ibarat kata, masuk telinga kanan … kayaknya itu kagak masuk telinga malahan dah. Numpang lewat doang.

Hmm sebentar …

Ini saya sebenarnya mau ngomongin lagu-lagu kesukaan zaman muda dulu, tapi mau bikin bridging agak kejauhan kayaknya ya. Saya patahin dikit deh. Long story short. Jadi, saya nulis ini karena kemarin saya tiba-tiba mengetik Limp Bizkit di kolom pencarian Youtube. Limp Bizkit adalah band favorit saya ketika masih remaja. Jujur, di era tahun 2000-an, di masa gempuran band rock nu metal, metal core, apalah sebutan genrenya—yang intinya band yang menggabungkan rock, hip hop, rap, sama DJ—nomor satu yang mencuri perhatian saya adalah Limp Bizkit. Bukan Linkin Park.

Alasan pertama, musiknya Limp Bizkit lebih menarik aja ketimbang Linkin Park. Saya tidak bicara soal lebih jago mana musikalitasnya lho ya—disclaimer. Dulu, ada dua jalur promosi yang masif dipakai untuk menarik perhatian orang pada band-band ini. Dari jalur radio sama MTV. Zaman itu, Prambors sudah masuk ke Jogja. Bersaing sama radio-radio lokal, macam Geronimo, Yasika, Sasando (eh, ini lebih banyak berita ding). Waktu Prambors masih awal banget buka cabang di beberapa kota, slot musiknya masih banyak. Telepon ke studio, request lagu, nggak lama langsung diputerin saking pendengarnya juga belum banyak. Saya termasuk orang yang rela ke wartel cuma buat request lagu, salah satunya Rollin’ .

Jalur kedua lewat MTV. Dulu Youtube masih dalam angan-angan. Hanya lewat MTV, generasi milenial bisa tahu semua jenis musik. Limp Bizkit menurut saya videonya bagus-bagus. Banyak cewek seksi seliweran. Sementara Linkin Park, videonya terlalu sopan. Setuju, nggak? Entah kenapa Limp Bizkit branding-nya kayak artis hip-hop: memamerkan cewek-cewek seksi dan mobil mewah. Plus, secara kemasan, video Limp Bizkit juga bagus, kualitas gambarnya kayak film. Tidak banyak band rock memperhitungkan betapa penting video klip untuk kepentingan menarik perhatian orang. Kalau sekarang, tidak berlaku lagi kayaknya. Beda sama artis pop, di mana MV adalah koentji. Saya suka semua klipnya Taylor Swift. Pinter bener itu orang milih model cowok yang ganteng-ganteng. Seleranya emang joss!

Kalau dihitung jari, jumlah video klip Limp Bizkit tidak banyak-banyak amat kok. Lebih banyak Linkin Park. Bahkan dari album Hybrid Theory, mereka udah rilis berapa video tuh. Terlalu rajin emang yang satu ini.

Hampir semua lagu hits Limp Bizkit, videonya saya suka. Nookie adalah perkenalan pertama saja dengan Limp Bizkit. FYI, ini bukan video pertama mereka. Konsepnya adalah si vokalis Fred Durst dengan topi bisbol merah kebalik, jaket tebal (padahal itu siang hari terik) berjalan menuju venue dia akan tampil sama bandnya. Seperti pepatah ada gula ada semut, di setiap tempat yang dia lewati, semua cewek mengikuti dia sampai ramai sekali. Lalu di barisan depan ada beberapa dancer seksi, pakai topi merah juga meniru si Fred. Lagu ini ya, jujur, masih enak banget di telinga dan videonya juga masih keren. Epic. Nookie berasal dari album kedua, Significant Other, barengan Break Stuff dan N2Gether Now.

Masuk ke album ketiga, Chocolate Starfish and the Hot Dog Flavored Water (2000), diakui sama ChatGPT sebagai album tersuksesnya Limp Bizkit. Banyak banget lagu hits di album ini, kalau masih ingat sama My Generation, My Way, Rollin', Rollin’ yang di-remix, Take a Look Around yang jadi OST Mission Impossible, Boiler. Limp Bizkit langsung meroket meninggalkan band-band rock lain. Jadi mega bintang. Dielu-elukan. Tampil di mana-mana.

Nah tapi, ketika mereka rilis album lagi di tahun 2003, Results May Vary, saya hanya suka 1 lagu saja, Eat You Alive. Sebenarnya ada Behind Blue Eyes juga, tapi mohon maap, hmm rada kureng. Si tiba-tiba ballad. Yup, kerasa betul ada yang berubah drastis dalam musiknya. Jujur, hal semacam ini berisiko mendapatkan respons negatif dari fans fanatik yang lebih suka band idola mereka tidak usah coba yang aneh-aneh. Mainkan saja musik seperti album-album sebelumnya. Selain faktor eksperimental, keluarnya si gitaris bertopeng, ternyata berdampak besar. Alasan tidak kalah penting yang membuat band ini mulai kehilangan grip di industri musik tidak lain tidak bukan adalah persaingan dengan band-band nu metal lain, plus dengan band yang mengeluarkan album pada tahun yang sama. Double kill, tuh. Sebut deh Linkin Park, Evanescence, Blink 182, Audioslave, Coldplay, Sum 41, System of a Down.

Dan, jujur, di tahun itu sepertinya publik juga sudah mulai merasa jenuh dengan siraman nu metal murni yang sudah muncul sejak 1999, salah satunya lewat Woodstock ’99. Event musik yang rusuh dan heboh karena banyak kasus pemerkosaan di sana. Arah angin sudah mulai bergeser. Dan hal seperti ini terjadi di setiap tren musik, bahkan KPop. 

Meskipun udah lama meredup, Limp Bizkit ketika tampil lagi tahun-tahun belakangan ini tetap rame penonton. Memang sih yang paling excited pastinya gen x, milenial, atau gen z yang terpengaruh sama milenial di sekitarnya, atau gen alfa yang dicekokin sama orang tuanya. Saya sering melihat tuh konten-konten ketika milenial memperdengarkan lagu-lagu favorit mereka ke anak-anak mereka. Ada yang planga plongo aja, ada yang bisa menikmati.

Post a Comment

Previous Post Next Post