Hari ini 27 Ramadhan, which is mungkin malam seribu bulan. Perbanyak ibadah, kurangi maksiat. Salah satu cara mengurangi maksiat adalah dengan tidak mendengarkan Mayhem, album ketujuhnya Lady Gaga. Kan sudah dibilangin kalau musik itu haram, antum masih juga ngeyel. Malah didengerin satu album, diulang-ulang lagi.
Hampir setiap kali saya mengulas tentang musik, saya selalu mengaku sebagai Swifties. Dan alasan saya tiba-tiba mengulas album ini karena secara tidak sengaja, ketika sedang scrolling explore Instagram, tiba-tiba ada beberapa konten menampilkan lagu ini dengan menggarisbawahi betapa lagu ini sangat bernuansa Taylor Swift. Judulnya How Bad Do U Want Me. Track nomor 9. Ketika mendengar potongan lagunya, saya juga sepakat kalau ini secara musik dan secara penulisan liriknya sangat beraroma Taylor Swift. Memang, ketika saya mencari tahu apakah ada keterlibatan Taylor dalam lagu ini, jawabannya tidak. Lagu ini hanya diramu oleh Gaga, tunangannya, dan Andrew Watt.
Menurut Wikipedia, Andre Watt pernah jadi produser albumnya: Justin Bieber, Post Malone, Miley Cyrus, Demi Lovato, the Rolling Stones, Ozzy Osbourne, Pearl Jam, Iggy Pop. Selain dia, ada juga Cirkut dan Gesaffelstein.
Kalau Cirkut pernah memproduseri: Katy Perry, Becky G, Ava Max, Nicki Minaj, Charli XCX, the Weeknd, Kesha, Ciara, Pitbull, Britney Spears, Maroon 5, Ne-Yo, Rihanna, Jungkook, dan lainnya.
Sementara Gesaffelstein selain the Weeknd, juga pernah menjadi produser untuk Daft Punk, Kanye West, A$AP Rocky, Electric Youth, Haim, Lil Nas X, dan masih banyak lainnya.
Saya menyebutkan begitu banyak musisi tujuannya untuk memberikan gambaran makro seperti apa nuansa dan genre dari Mayhem itu sendiri. Ya, Gaga sepertinya memang ingin untuk album ketujuh—mungkin dia juga penganut numerologi seperti saya ya—agar terasa sangat jauh berkesan ketimbang album-album sebelumnya. Keinginannya itu boleh dibilang terpenuhi dengan membaca pendapat para kritikus musik yang bernada positif. Saya tidak bilang bahwa pendapat kritikus pasti senada dengan opini pribadi tiap orang.
Tapi ketika saya mendengarkan 14 track secara berurutan sambil menyelesaikan tanggungan setrikaan seprai, sarung, dan mukena. Saya bela-belain pakai headphone Miniso yang basnya pas di kuping. Dan saya putar lewat Youtube Music yang sudah premium meski 3 bulan dulu aja. Ternyata, Mayhem emang bikin kita betah dengerinnya. Sebelum, saya sampai ke How Bad Do U Want Me, saya tidak pengen skip dengerin Disease, Abracadabra, Garden of Eden, Perfect Celebrity, Vanish into You, Killah, Zombieboy, dan LoveDrug. Ketika How Bad Do U Want Me dikatakan mirip lagu Hits Different punya Taylor Swift, orang yang pertama kali menyadari itu pastinya juga mendengarkan dari awal. Kecuali …
Terdengar tolol tapi bisa saja terjadi. Kecuali … dari pihak labelnya Gaga, ada yang ngasih pancingan ini ke lingkaran Swifties untuk dijadiin konten. Dalam ranah promosi, hal-hal seperti ini bisa dilakukan dan tidak salah. Tidak ada yang dirugikan. Ini berbeda dengan ketika Radja rilis Apa Sih yang mirip APT.
Apa sih maksudnya bikin lagu kayak begituan ha?
Saya tidak akan terlalu dalam mengulas komposisi musik dalam album ini, secara ketika saya membaca penjelasan bahwa Mayhem bernuansa dance-pop, industrial music, EDM, mengandung elemen synth-pop, house music, funk, dan soft rock—otak saya menggapai-gapai di permukaan.
Saya mungkin ingin lebih menyoroti dari segi lirik. Jujur, saya bukan pemerhati Gaga dari album pertama sampai keenam. Meskipun saya tahu ada beberapa bagian lirik dari lagu-lagu hits dia yang bernada kontroversial. Sama kontroversialnya dengan MV yang dia rilis. Mungkin salah satu penyebab saya tidak begitu menyukai Gaga, adalah karena video dia aneh-aneh. Sesuatu yang tidak wajar sehingga berpikir itu adalah pemujaan setan. Kayak juga misalnya, ada keluarga atau kerabat kita nih, sakit tapi nggak sembuh-sembuh, ada tuh si profesor pakar metafisika yang ngomong: kena santet tuh. Ada pula yang percaya.
Lirik lagu dalam Mayhem kalau dirangkum menjadi satu kata, maka yang saya pilih adalah: MALAM.
Gelap. Cinta. Dosa. Itu kalau saya pecah lagi ke dalam gambaran lebih sederhana. Malam sudah pasti gelap. Umumnya begitu. Kecuali untuk wilayah yang sedang musim panas. Ada perkara kegelapan yang menjadi benang merah dalam album ini. Kemudian, Gaga berbicara tentang cinta yang tentunya bukan dalam konteks kesetiaan dan positif, tapi yang bebas tanpa kendali. Untuk dosa, kalau dari pengamatan saya, tidak semata-mata soal seks. Tapi ada juga soal kesombongan dan iri hati. Bukankah dosa pertama yang dilakukan iblis adalah sombong.
Dari 14 lagu, ada 9 yang saya masukkan ke playlist yang saya beri nama Mayhem Fave. Ada yang dari pertama saya suka liriknya, ada yang karena notasinya, ada yang membuat dahi saya berkerut karena menebak-nebak dia lagi membahas siapa.
Lalu 5 sisanya emang kenapa? Bukannya jelek, tapi saya hanya tidak menemukan alasan untuk menyukainya. Sesederhana itu.
Saya mulai dari lagu yang pertama kali saya masukkan dalam list. Judulnya Garden of Eden. Taman surga yang dimaksud oleh Gaga, jelas bukan yang orang Kristen imani dalam Kitab Kejadian. Tapi tempat dugem untuk senang-senang, mabuk-mabukan, bertemu orang asing dan pasrah untuk dibungkus demi mencari kenikmatan duniawi. Demi memuaskan rasa penasaran terhadap si buah terlarang.
*
I could be your
girlfriend for the weekend
You could be my
boyfriend for the night
My excuse to make a
bad decision
Bodies gettin' close
under the lights
(Oh) I've been
feelin' this familiar feeling
Like I've known you
my wholе life
(Oh) Take you to the
Gardеn of Eden
Poison apple, take a
bite (Oh)
*
Ini track nomor 3. Kalimat: I could be your girlfriend for the weekend, entah kenapa membuat saya teringat dengan kalimat I can make the bad guys good for a weekend. Blank Space dari Taylor.
Di urutan selanjutnya adalah Disease. Track paling pertama dalam Mayhem. Video klipnya lagi-lagi konsepnya selalu tentang pertarungan dengan diri sendiri. Diri yang jahat dan yang baik. Siapa yang menang, itu tidak penting. Fokusnya lebih kepada bagaimana dua sisi ini saling berusaha menghancurkan. Seperti saya bilang sebelumnya, video klip Gaga selalu bernada creepy.
*
[Chorus]
I could play the
doctor, I can cure your disease
If you were a sinner,
I could make you believe
Lay you down like
one, two, three
Eyes roll back in
ecstasy
I can smell your
sickness, I can cure your (Cure)
Cure your disease
*
Tiga lagu pertama dalam Mayhem bisa dibilang musiknya mewakili musik-musik Gaga pada album-album sebelumnya. Saya tidak tahu apakah disengaja ataukah tidak, karena begitu berpindah ke Perfect Celebrity, saya merasa seperti memasuki ruangan baru dengan hidangan berbeda. Mulai terasa popnya. Vibes-nya lebih ringan masuk ke badan.
Lagu ini memperlihatkan dua sisi seorang selebritis terkenal, yang populer dan yang memendam penderitaan. Untuk sebuah hiburan, dia rela mati perlahan-lahan. Semakin dia memberikan effort untuk menyenangkan orang lain, semakin dia kehilangan jiwanya. Sisi yang sekarat ini dirasakan sendirian oleh si artis. Ketika dia perlihatkan kepada orang lain pun, tidak akan ada yang peduli. Ini sebenarnya lagu sedih, hanya saja pihak produser memutuskan untuk tidak menjadikannya ballad.
*
[Verse 2]
I look so hungry, but
I look so good
Tap on my vein, suck
on my diamond blood
Choke on the fame and
hope it gets you high
Sit in the front row,
watch the princess die
*
Gaga dalam kehidupan nyatanya memang berjuang menghadapi depresi dan trauma sebagai penyintas kekerasan seksual. Dia ingin menceritakannya kepada orang tanpa perlu mengharapkan respons apa pun. Tahun 2025, depresi masih menjadi tanda tanya besar di benak banyak orang.
Lanjut ya. Saya skip beberapa lagu dan mampir sejenak di How Bad Do U Want Me. Saat mendengarkan dari awal sampai akhir, akan menemukan beberapa notasi yang serupa dengan lagu Taylor Swift. Kalau dijadikan kuis musik semacam Berpacu dalam Melodi, ketika intronya dimainkan, mungkin akan nebak Hits Different atau Anti-Hero. Bahkan, Taylor Swift kalau diadu lagi sama Jimmy Fallon, pasti bakal bengong lagi kayak dulu tuh. Secara resmi, Gaga menyatakan bahwa tidak ada kerja sama antara mereka berdua untuk lagu ini. Cuma, otak kepo kita kan bertanya-tanya, kenapa dia harus bikin lagu ke arah-arah sono? Sound synthesizer-nya sudah semacam menjadi signature Taylor Swift. Apa dia tidak memikirkan hal ini ketika di dapur rekaman? Tidak buruk kok, cuma khawatirnya Mbak Gaga tidak berkenan jika dilengket-lengketin sama Taylor. Kan bukan satu circle. Mbak Gaga kan temannya Mbak Beyonce. Oh ya bagian favorit saya adalah yang ini:
*
[Chorus]
'Cause you like my
hair, my ripped-up jeans
You like the bad girl
I got in me
She's on your mind,
like, all the time
But I got a tattoo
for us last week
Even good boys bleed
How bad, bad do you
want me? (How bad, bad do you want me?)
*
Ini kisah cinta segitiga tapi nggak ketemu sudut gitu ya. Ada cewek naksir sama seorang cowok. Si cowok setia sama ceweknya yang penggambarannya orang baik-baik. Dengan usaha yang keras, akhirnya si pelakor mendapatkan tubuh si gebetannya. Bodo amat dah si cowok masih nggak bisa melepaskan ceweknya. Udah pelakor, cegil lagi. Gaga menyebut situasi ini dengan: A psychotic love theme. Ini tema lagu yang biasa dipakai sama Taylor nggak sih.
Di track nomor 10 mengingatkan saya dengan lagu Dua Lipa, tapi saya lupa judul yang mana. Secara lirik tidak ada yang mau saya bahas terlalu dalam. Ini tentang menjalin hubungan dengan seseorang yang red flag. Dia mau sejenak terbebas dari orang tersebut satu malam saja. Karena tiap mereka ketemu, sudah tidak menimbulkan rasa nyaman.
Saya teruskan ke track nomor 11, The Beast. Lagu ini bisa ditujukan kepada seseorang ataupun diri sendiri yang dicekam situasi panik yang hebat. Di tengah malam. Selalu di waktu yang sama. Kalau dia sudah datang, sulit untuk diatasi.
*
[Verse 1]
I touch your face
'cause I see panic, who rang the alarm?I see
you shiverin',
your eyes are red, your soul is gone
You're out of breath,
tick-tock, tick-tock, you're almost out of time, yeah, yeah
Because at midnight,
there's a change in you that I have heard
You've kept this
secret for so long, you whisper and it burns
You're out of breath,
tick-tock, tick-tock, you're almost out of time, yeah, yeah
*
Soal mata merah, dalam video Disease, kita juga bisa melihat itu. Bukan merah mengantuk kebanyakan nonton drakor di Netflix ya, tapi sebagai lonjakan kecemasan yang benar-benar parah. Satu hal, depresi bisa tiba-tiba muncul tanpa satu sebab. Kalau sakit flu, disebabkan virus dan terjadi inflamasi dalam. Tidak diobati bisa sembuh sendiri beberapa hari kemudian. Depresi jauh berbeda. Diobati belum tentu sembuh. Konsumsi obat juga berisiko memicu penyakit mental lainnya. Orang depresi bahkan secara fisik tidak terlihat dampaknya. Sesuatu yang hanya dia dan Tuhan yang tahu.
Blade Of Grass, track nomor 13. Saya berusaha mengingat-ingat, bagian chorus-nya mirip lagu apa. Secara beat-nya lebih lambat tapi ada beberapa notasi yang sama. Mungkin salah satu lagunya Bruno Mars atau Coldplay. Kalau ada yang tahu, coba komen di bawah deh. Sama seperti halnya Vanish Into You. Bukan lagu yang tergolong baru tapi sering dengar beberapa tahun lalu.
*
[Chorus]
Come on and wrap that
blade of grass
Around my finger like
a cast
'Cause even though
the church burned down
I'll be your queen
without a crown
I've been so lonely
in this field
Fighting a battle
with no shield
Come on and wrap that
blade of grass
And we'll make it
last
*
Lagu terakhir. Judulnya Killah. Ada peran Chad Smith, drummer RHCP di lagu ini, walaupun saya tidak bisa menemukan suara drum yang natural. Sudah dikemas menjadi musik ala 80-an dan terdengar serba elektronik. Tapi coba simak di menit 2.24, ada transisi lumayan signifikan di sana. Mungkin yang itu ya. Cerita lagu ini adalah seorang cewek yang sedang menyiksa cowok secara fisik dan mental. Kalau tahu istilah femme fatale, ke sanalah arahnya. Mungkin Killah itu bermakna “killer” atau pembunuh.
*
[Verse 2]
I'm lightin' up my
final cigarette
I'll burn a hole
right through your eyes
Lookin' at you like a
zombie killah
ry for a homicide
If I get you alone
under your skin and bone
I'ma try you on for
size
I'm 'bout to wear you
out like my favorite suit
Wools paralyzed
*
Rasa musik ala 80-an kembali mengudara melalui banyak sekali musisi sehingga tidak heran ya, kalau kita menjadi semakin sering mendengarkan lagu yang mirip-mirip. Bahkan perlu waktu untuk recalled. Lady Gaga menambah kerumitan itu dengan meluncurkan Mayhem. Tidak menutup kemungkinan, di belakang dia masih ada banyak yang akan melakukan hal serupa. Mungkin Beyonce demi Grammy tahun depan?