Jogja-Solo-Surabaya-Mojokerto-Jember-Banyuwangi (3)

Jogja-Solo-Surabaya-Mojokerto-Jember-Banyuwangi (3)
Kembali lagi ke Bungurasih dan seperti biasa tukang ojek dan penawar jasa taksi mulai mendekati penumpang yang baru turun, dan seperti biasa, saya tidak berminat memberi tahu tujuan saja, ya, karena saya ingin ke toilet.

Saya makan lagi, soto lagi, dan jauh lebih berasa ketimbang di Watu Dodol. Banyak menu lain, tapi yang berkuah menjadi pilihan saya. Untuk seporsi soto dan teh panas, dihargai 21.000. Ini masih mending ketimbang siang kemarin saya makan di dekat mushala terminal, yang letaknya bersebelahan dengan WC umum, yang WC dan tempat makan sama ramainya, dengan menu nasi, telur dadar, oseng kangkung, dan teh panas, adalah 22.000. Sebagian besar tempat makan yang saya datangi tidak menyediakan daftar menu beserta harga, sehingga dimahalin, itu sangat mungkin. Semoga ini pun bisa ditertibkan. Jangan bilang harga makanan pun kena tuslag dampak lebaran.

Saya kemudian mencari patas Jogja-Surabaya, Eka, tidak ada yang lain. Tarif selama lebaran, adalah 95.000, belum termasuk voucher makan, dan totalnya 115.000. Saat berangkat dari terminal, jumlah penumpang hanya 17 orang. Bis Mira dan Sember Kencono pun juga mulai sepi penumpang pada jam 02.00. Saya memilih kursi terdepan dan akhirnya tidak perlu memangku ransel. Tempat kakinya cukup luas dan kursi di sebelah saya kosong hingga turun makan di Duta, Ngawi. Supir mengambil jalan lain, yang dianggap lepas dari kemacetan, jalanan yang memang tidak ramai, tapi aspalnya seakan bergerigi. Tidak nyaman untuk dilewati. Tapi lagi-lagi, saya tidak perlu waktu lama untuk bisa tertidur, ketika kondektur selesai menarik tiket dan mematikan lampu, saya dan penumpang lain memilih tidur.

Bus berhenti di Ngawi pukul 05.30, di RM Duta. Perut pun saya isi dengan nasi opor ayam dan teh panas. Lumayan untuk energi melek, saatnya melihat kondisi jalanan. Pagi itu cukup lancar dan membuat pengendara motor sering mengambil jalur tengah dan kanan dengan kecepatan tinggi seolah bisa menang balapan dengan bus. Cukup ngeri melihat hal itu dan mungkin tanpa saya sadari, saya sering juga berkendara terlalu ke kanan, padahal tidak untuk menyeberang jalan. Dan itu sangat berbahaya, dan percayalah, motor bebek jika diadu balapan dengan bus, pasti kalah. Jadi berhentilah balapan dengan bus yak!

Hari makin terang dan kemacetan sebelum memasuki Sragen, tapi tidak begitu parah, toh kami tepat pukul 10.00 sudah sampai ke Giwangan. Arus mudik sebentar lagi akan berakhir dan jalanan dengan kemacetan mengular akan sebentar lagi berakhir.

Akhirnya kembali ke Jogja untuk sejenak mengistirahatkan tubuh yang pegelnya luar biasa. Mengikuti arus mudik memang melelahkan, tapi ini hanya setahun sekali kok.


Yogyakarta, 2 Agustus 2014













Previous Post Next Post

نموذج الاتصال