Ketuker Sandal (Qultummedia, 2014)


Ketuker Sandal karya Fajar Istiqlal merupakan salah satu keluaran Icomic (islamiccomic) yang menyorot tentang masjid dan kelakuan para jamaah yang terdiri dari berbagai macam umat akhir-akhir ini. Di dekat kos saya ada sebuah masjid yang dari segi bangunannya bagus, dirawat dengan baik, tidak seperti masjid yang didatangi oleh Gunawan di mana tempat wudhunya bau pesing, bagian dalam masjid berantakan dengan karpet compang-camping tak beraturan, laba-laba udah ngapling pojokan langit-langit. (hlm. 2-4). Tapi tetap saja masjid menjadi tempat yang dinomorsekiankan oleh mayoritas generasi muda sebagai tempat menunaikan rukun Islam yang kedua.

Ketuker SandalMengapa masjid tidak termasuk dalam list tempat favorit kita-kita yang merasa masih muda? Buat saya pribadi, itu disebabkan saking sucinya masjid dalam pandangan kita. Untuk masuk ke sana memang tidak bisa seenteng masuk ke mal atau tempat wisata. Masuk masjid emang nggak pernah ada tiket masuknya, gratis, tapi ada tata caranya, harus masuk dengan kaki kanan, baca doa, udah wudhu, nggak boleh pas mens (sebagian orang melarang), dan tidak melakukan maksiat, harus shalat Tahiyatul Masjid sebelum duduk, dan sebagian masjid memang hanya dibuka di saat waktu-waktu shalat daripada dijadikan tempat persinggahan para musafir.

Ironis memang ketika rumah tetangga sebelah lebih mewah ketimbang rumah Tuhan. Kamar mandi kosan lebih terawat ketimbang kamar mandi masjid. Dan laba-laba selalu menjadi binatang yang terusir karena pembantu rumah tangga selalu rutin membersihkan sarang di langit-langit sementara investasinya di masjid tidak pernah terusik.

Di dalam buku ini, hadirlah tokoh bernama Gunawan yang kemudian ditawari menjadi marbot atau penjaga masjid. Tugasnya tidak hanya membersihkan dan merawat masjid, tapi juga mengumandangkan adzan begitu tiba waktu shalat, menggantikan imam jika berhalangan.

Karena mengambil tema hanya tentang masjid, tidak banyak kisah yang ditampilkan dalam komik setebal 123 halaman ini. Tapi cukup memberikan gambaran menyeluruh bagi yang sama sekali belum pernah menginjakkan kaki di masjid tapi KTP-nya tertulis beragama Islam. So,mari kita intip bersama.

Pertama, memenuhi shaf ketika shalat. Sejauh pengetahuan saya, tidak ada ketentuan mengenai siapa saja yang berhak untuk berada di shaf paling depan. Imam biasanya mengatakan, "luruskan dan rapatkan shaf-nya" dan sekilas menengok ke belakang untuk memastikan shaf tidak bolong-bolong. karena shaf bolong biasa saja diisi oleh makhluk yang tidak terlihat oleh mata kita. Bahkan di Haramain, di musim haji yang teramat padat, saking rapatnya shaf, kita jadi susah untuk bergerak. Kaki kita bahkan bisa saja diinjak orang lain.

Kedua, tentang keberadaan anak-anak di dalam masjid. Kembali ke konsep bahwa masjid adalah rumah Tuhan, bukankah berarti anak-anak memang tidak dilarang masuk ke dalamnya? Dan yang namanya anak-anak, wajar di saat shalat pun mereka tetap bermain dan mengganggu temannya. Mulai dari yang masih bayi tiba-tiba menangis sekencang-kencangnya sejak imam bertakbir, lalu yang ada gedean merangkak-rangkak hingga kita kebungungan mencari tempat untuk bersujud harus di mana. Agak gedean lagi, yang suka berlari ke sana-sini sampai saya sering khawatir kacamata yang diletakkan di masjid terinjak mereka. Itu gangguan-gangguan yang sudah sangat wajar. Di Haramain pun begitu, tapi di Masjid Nabawi memang disediakan area untuk ibu-ibu yang membawa anak. Tapi ingat, lebih baik anak-anak diperkenalkan dengan masjid ketimbang tidak pernah sama sekali, ya tho.

Ketiga, perkara kehilangan sandal. Sebagai tempat suci, semua jenis alas kaki tidak dipakai masuk ke dalam masjid. Tapi, aturan tersebut membuat sebagian orang cemas dengan keamanan sandal atau sepatunya di luar masjid. Dan memang bukan mitos jika ada saja orang yang mengambil yang bukan haknya, sandal yang sudah butut pun bisa jadi disikat orang, apalagi yang baru. maka, biasanya di sejumlah masjid disediakan loker. Di Masdjil Haram dan Masjid Nabawi yang jamahnya ratusan ribu, sandal dibawa masuk dimasukkan ke dalam kantong plastik putih yang disediakan di dekat pintu masuk. Kalaupun masih ada yang kehilangan, iklhlaskan saja sebagai sedekah.

Keempat, nggak fokus/khusyuk. Salah satu penyebab nggak fokusnya kita di masjid dikarenakan melihat keberagaman cara orang saat shalat. Seolah-olah ketika berbeda dengan yang kita pelajari, maka itu salah, itu bid'ah. itu sesat, itu.... Hingga kita sendiri lupa dengan kewajiban kita, menunaikan shalat sesuai ketentuan yang berlaku. Merugi betul.

Kelima,topik yang juga menarik dan biasa terjadi di masjid adalah shalat jamaah di mana kita bingung dengan beberapa imam yang memimpin shalat. Bagi yang shalatnya sedang tidak fokus, tidak bisa disalahkan ketika ia mengikuti imam A tapi berhubung imam B suaranya sama-sama keras, saat rukuk, ia pun ikut rukuk. Pernah mengalaminya? Mudah-mudahan Tuhan tetap menerima amalan shalatnya. Amin.Keenam, pernah shalat dengan imam yang bacaannya panjang-panjang seakan pamer kalau dia hapal isi al-Qur'an? Atau cemas saat shalat karena jam istirahat sebentar lagi habis dan imam baru rakaat pertama dan belum menunjukkan tanda-tanda bakal rukuk? Ini fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Hingga wajar kita akhirnya menghindari shalat berjamaah di masjid. Lebih baik shalat di rumah.Waktu pelaksanaan bisa diestimasi.

Ketuker Sandal adalah bacaan religi untuk kaum muda agar mau menyempatkan diri ke masjid dan shalat berjamaah dengan keadaan bagaimana pun masjidnya. Kumuh ataupun mewah, masjid tetaplah rumah Tuhan bagi umat muslim.

Yogyakarta, 15 Januari 2015













Previous Post Next Post

نموذج الاتصال