Nasib para pengungsi perang yang diangkat ke layar lebar selalu memberikan kegetiran luar biasa. Bahman Ghonadi satu di antara sekian sutradara yang menyorot ketidakbahagiaan orang-orang yang harus berada dalam kecemasan dan depresi. Turtles Can Fly menyorot tentang warga Kurdi yang mengungsi ke perbatasan Irak-Turki menjelang jatuhnya Saddam Hussein. Anak-anak yang tidak pernah terlihat di mana orang tuanya, anggota tubuh yang diamputasi, trauma dengan pelecehan seksual berbaur dengan harapan untuk meneruskan hidup dalam damai.
Satellite merupakan representasi dari anak-anak yang optimis, sudah mencari uang dengan mengumpulkan ranjau-ranjau sisa perang untuk dijual. Pekerjaan berbahaya memang, tapi apa ada pilihan lain? Agrin adalah korban pelecehan seksual yang mengungsi bersama sang kakak, Hengov, yang sudah kehilangan keduanya tangannya. Mereka turut membawa balita yang buta dan tidak tahu bahwa kehadirannya makin membuat depresi Agrin menjadi-jadi. Keduanya kerap berinteraksi tapi Agris selalu menjaga jarak. Ia ingin segera pergi dari tenda pengungsian. Entah itu kapan.
Jatuhnya Saddam Hussein menjadi kelegaan bagi sebagian orang, tapi Amerika bukanlah pahlawan yang tanpa pamrih. Hengov bisa membaca masa depan, kapan perang akan benar-benar dimulai. Apa yang kemudian akan berubah drastis. Tidak hanya itu, bahkan ia bisa melihat hal buruk lainnya dan sudah menjadi takdir. Hengov tidak bisa melawan ketentuan Tuhan. Itu poin yang ingin diperjelas dalam film ini.
Persahabatan dan loyalitas antara Satellite dan teman-temannya diperlihatkan di sepanjang film ini. Satellite sosok pemimpin yang berani mengorbankan dirinya untuk orang lain. Memikirkan nasib banyak orang, meski di satu sisi, ia tidak lebih dari anak kecil yang ingin menikmati masa kanak-kanaknya. Ia tetap merasa beruntung dengan apa yang dimilikinya walaupun tidak sesempurna apa yang orang lain miliki. Hengov adalah sosok pelindung yang bijak. Keteguhannya selalu diuji bahkan oleh adiknya sendiri. Ia tidak mungkin menuruti semua keinginan adiknya karena bertentangan dengan hatinya yang bersih. Maka persinggungannya dengan Agrin tak bisa terelakkan lagi.
Jogja, 2 Mei 2015
Satellite merupakan representasi dari anak-anak yang optimis, sudah mencari uang dengan mengumpulkan ranjau-ranjau sisa perang untuk dijual. Pekerjaan berbahaya memang, tapi apa ada pilihan lain? Agrin adalah korban pelecehan seksual yang mengungsi bersama sang kakak, Hengov, yang sudah kehilangan keduanya tangannya. Mereka turut membawa balita yang buta dan tidak tahu bahwa kehadirannya makin membuat depresi Agrin menjadi-jadi. Keduanya kerap berinteraksi tapi Agris selalu menjaga jarak. Ia ingin segera pergi dari tenda pengungsian. Entah itu kapan.
Jatuhnya Saddam Hussein menjadi kelegaan bagi sebagian orang, tapi Amerika bukanlah pahlawan yang tanpa pamrih. Hengov bisa membaca masa depan, kapan perang akan benar-benar dimulai. Apa yang kemudian akan berubah drastis. Tidak hanya itu, bahkan ia bisa melihat hal buruk lainnya dan sudah menjadi takdir. Hengov tidak bisa melawan ketentuan Tuhan. Itu poin yang ingin diperjelas dalam film ini.

Jogja, 2 Mei 2015
Tags
Film