Ini merupakan serial yang berasal dari Netflix cabang Prancis. Tidak sengaja saya melihat trailer-nya di Youtube, kemudian—seperti biasa—mengecek rating di IMDB barulah memutuskan untuk menontonnya. Ketika menonton trailer, saya berusaha mengenali tokoh-tokoh yang bermunculan sekilas. Karena saya pikir pemainnya akan banyakan orang Amerika, ternyata tidak, Saudara. Bahasanya pun bahasa Prancis dan dialihsuarakan ke bahasa Inggris. Entah dengan alasan apa harus begitu. Saya sebenarnya lebih suka mendengar bahasa Prancis, mengingat Lupin karakter terkenal dari negara yang romantis itu. Tapi saya telanjur mengambil file film yang sudah versi alih bahasa, ditambah subtitle berbahasa Inggris yang kadang tidak sama dengan ucapan tokoh. Sungguh ya.
Lupin ini bukan Lupin Lipin si bocah kembar dari negara
tetangga yang diadaptasi dari versi buku, tidak seperti Sherlock Holmes
versi Benedict Cumb. Setting waktunya di masa kini, dengan tokoh pria
kulit hitam keturunan Senegal, Assane Diop (Omar Sy), yang selama 25 tahun
mengira bahwa bapaknya adalah seorang pencuri kalung mahal yang dulunya adalah
milik Ratu Antoinette lalu berpindah tangan entah berapa kali hingga ke tangan Hubert
Pellegrini. Babakar Diop mati gantung diri di penjara setelah menandatangani
pernyataan bahwa dia memang maling kalung itu.
Di lima episode pertama, kelanjutannya entah akan tayang
kapan, bangsat, lagi seru-serunya pula, perlahan-lahan Assane mendapat titik
terang bahwa sosok panutannya sekaligus satu-satunya keluarga yang dia punya,
ya bapaknya itu, tidak melakukan pencurian. Selain tidak punya motif, buat apa
juga maling, toh dia digaji secara layak oleh keluarga Pellegrini. Tidak semua
imigran Senegal punya kehidupan sebaik dirinya di negara yang masih tidak bisa
menghilangkan sentimen rasis. Polisi begitu tahu yang maling kulit hitam,
seperti malas saja melakukan investigasi.
Itu adalah akhir hidup Babakar. Sekarang Assane. Tepat
seperti dugaan saya, nama Assane itu pasti dari Hasan, nama Arab. Kalau Babakar
memang nama orang Afrika. Atau Abu Bakar mungkin?
Di kemunculan awal, Assane bekerja sebagai tukang
bersih-bersih di Museum Louvre, Paris. Tahu, kan, yang sering dikaitkan dengan iluminati
karena bentuk piramidanya. Saya mikirnya, Assane datang dari kalangan kelas
bawah yang pengen maling salah satu harta paling berharga yang sedang disimpan
di museum tersebut hingga hari lelang tiba, semata-mata untuk uang. Apalagi ada
adegan, dia memberikan segulung uang untuk istrinya, buat anaknya maksudnya.
Istrinya menolak, eh tapi dalam sekejap, uang itu udah masuk aja ke saku
mantelnya si mantan.
Assane yang sebenarnya bukanlah tukang copet kaleng-kaleng.
Dia selama ini hidup dalam kecukupan materi, meskipun asalnya dari maling juga.
Tapi kelebihan dia adalah dalam berstrategi. Yang dia pelajari dari buku Lupin,
yang diberikan ayahnya tidak lama sebelum si ayah dituduh maling kalung. Emang
rada absurd ya, kenapa Babakar memberikan buku yang mana tidak baik dibaca
anak-anak. Memangnya waktu itu di perpustakaan Hubert tidak ada buku
kisah-kisah para nabi yang lebih mengajarkan suri tauladan dan akhlak mulia manusia
untuk dipilih lalu diberikan kepada anak semata wayangnya? Dan Assane yang
berusia 14 tahun, langsung tertarik dengan kisah Lupin dan mungkin sudah khatam
semua serinya. Siapa sangka dia banyak mengadaptasi cara-cara Lupin, termasuk
keluar masuk penjara dengan mudah.
Untuk mendapatkan kalung incaran itu, Assane mengajak sekelompok
rentenir membantu dia. Mereka bertiga menyamar sebagai tukang bersih-bersih,
dia giliran yang rapi jali pakai setelan jas dan menyamar jadi miliarder muda
dan berniat menawar dengan harga tertinggi.
Di Louvre pula, dia melihat Juliette Pellegrini (Clotilde
Hesme) yang tidak lain adalah anaknya Hubert sekaligus pemilik yayasan
penyelenggara pelelangan itu. Assane yang berbadan tinggi tegap, berusaha
menyembunyikan dirinya dari Juliette. Bukan kenapa-kenapa, mereka ini saling
kenal dan … yah namanya pernah muda, pernah ada sesuatu di antara mereka lah
ya, nanti akan ada kisah kilas baliknya.
Proses pencurian kalung dilaksanakan setelah pelelangan
selesai. Assane berhasil mendapatkan dengan harga 60 juta euro atau sekitar
bla-bla-bla triliun rupiah. Saat melihat kalung itu dari dekat, beraksilah dua
dari tiga rentenir itu dengan melumpuhkan panitia lelang sekaligus menghajar
Assane. Lalu dua orang ini minggat begitu saja.
Mereka pikir, mereka berhasil membawa lari kalung mahal itu
dengan mudah, tapi siapa sangka, itu adalah prank buatan Assane. Tapi siapa
sangka, Assane pun kena prank. Jadi di mana kalung yang asli? Yang sudah
membuat Assane kehilangan sang ayah?
Tidak mudah menemukan benda itu. Assane bertanya kepada Juliette,
tapi Juliette tidak mau jujur. Dia bertanya kepada pak polisi yang dulu
menginvestigasi kasus ayahnya, pak polisi pun tidak berani memberikan
informasi. Sembari Assane terus mencari jejak, di lain pihak, polisi berusaha
menemukan identitas si pencuri kalung.
Kalau melihat berbagai tipu muslihat yang dilakukan oleh
Assane, mau tidak mau mengingatkan saya kepada film Now You See Me, wajar saja
sebab Louis Leterrier dipilih untuk menyutradarai serial ini bersama Marcela
Said (Narcos: Mexico) dan Ludovic Bernard (Lucy, Taken 2).
Selama ini, saya melihat Paris dari film-film festivalnya,
ketika menggunakan kamera yang berbeda, untuk kebutuhan televisi, Paris
terlihat jauh lebih terkesan metropolitan. Seperti melihat kota-kota besar di
Amerika Serikat, pembedanya adalah ada Menara Eiffel yang menjaga kota itu.
Rating serial ini cukup meyakinkan untuk membuat orang
menontonnya, tapi saya merasa ada bagian yang agak bikin bosan dan terlalu
panjang, seperti ketika Assane menyandera pak polisi. Pengen skip tapi nanti
ada informasi penting. Tidak di-skip eh ternyata …
Sekali lagi ya, kalau memilihkan bacaan untuk anak, pilihlah buku yang baik-baik. Masa buku tentang pencuri. Hadeuh!