Lizzie (2018); Reka Ulang Pembantaian Kejam Lizzie Borden

Saya pernah nulis di salah satu ulasan sebelumnya, bahwa kalau Kristen Stewart cuma peran pembantu, saya malas, lah, nontonnya. Tapi film ini saya tonton sampai habis. Sampai kredit selesai.

Lizzie merupakan semacam reka ulang kasus pembantaian yang dilakukan oleh Lizzie Borden terhadap sang ayah dan ibu tiri pada tahun 1892. Nona Lizzie setelah persidangan dinyatakan bebas dan tidak bersalah.  

  

Jika di dalam film, jelas banget kita akan melihat bagaimana dua pembunuhan itu terjadi, waktunya, alat yang digunakan, dan pelakunya. Saksi matanya tidak lain adalah si pembantu yang bernama Maggie. Maggie bukanlah nama sebenarnya. Maggie adalah nama yang begitu saja diberikan kepada PRT di keluarga itu. Secara langsung sudah memberikan kesan perbedaan kasta. Maggie bernama asli Bridget Sullivan (Kristen Stewart). Di sini, Kristen harus mengubah warna rambut platinumnya menjadi cokelat. Tentu dia menggunakan tambahan rambut palsu, sebagaimana dia ketika bermain sebagai Diana di film Spencer yang foto perdananya sudah dirilis dan kalau dilihat-lihat, kece juga.

Alasan sebenarnya Nona Lizzie membunuh ayah kandung dan ibu tirinya hanya dia sendiri yang tahu. Kenapa saya bilang begitu, mudah saja menyimpulkannya dari bebasnya dia kasus ini. Saya tidak sepenuhnya percaya bahwa apa yang terlihat di film ini. Boleh jadi, memang Nona Lizzie kesal karena ayahnya melakukan pelecehan berulang-ulang kepada Maggie, yang mana, doi lama-lama suka juga sama Maggie dan menjalin hubungan diam-diam dan ketahuan sehingga Maggie terancam dipecat dan kudu minggat. Atau, Nona Lizzie mengincar warisan sang ayah yang memang tajir mlintir, ketimbang harta itu jatuh ke tangan ibu tirinya.

Kemudian, mengenai pelaku pembunuhan sebenarnya, apakah memang Nona Lizzie pelaku tunggal, atau ada orang lain dan sengaja menjebak Lizzie. Atau jangan-jangan ini adalah perbuatan barbar si Maggie gegara udah muak sama majikan yang genit dan dia dilindungi oleh Lizzie.

Tokoh yang juga agak mencurigakan adalah John Morse, dia bisa dibilang semacam parasit dalam keluarga Borden. Dia orang yang sering mengirim surat-surat teror ke rumah keluarga Borden. Merupakan orang terdekat ayah Nona Lizzie yang punya obsesi tersembunyi terhadap keluarga ini. Ketika Andrew Borden dinyatakan tewas, hal pertama yang dicari olehnya adalah soal surat wasiat.  

Surat wasiat tersebut sepertinya sudah dilenyapkan oleh Nona Lizzie setelah melenyapkan kapak kecil yang dia gunakan untuk menghabisi ayah dan ibu tirinya.

Sedikit cerita soal kapak. Ayahnya Nona Lizzie pernah membantai burung-burung merpati peliharaan di depan mata Nona Lizzie karena kesal dengan tingkah putrinya. Tidak hanya ditebas lehernya, burung-burung itu dimasak lalu disajikan, dan Nona Lizzie disuruh makan. Kan jahat.

Pemeran Lizzie Borden adalah Chloë Sevigny. Kasus pembantaian ini terjadi di kampung halaman Sevigny, sehingga rasanya cukup kuat alasan tersebut mengapa harus dia yang menjadi bintang utama dan mendominasi cerita.

Apakah film ini bagus? Rating IMDB hanya 5,8. Di Rotten rottentomatoes hanya mendapat skor 66%. Sebenarnya plot cerita ini bagus, hanya saja, saya merasa banyak adegan yang tidak disampaikan dengan akting yang baik, entah dari Chloë Sevigny maupun Kristen Stewart. Saya ibaratkan, seperti chemistry aneh yang terjadi antara Kristen Stewart dan Mackenzie Davis di film Happiest Season. Mereka seperti berjarak meskipun berperan sebagai dua orang yang saling mencintai. Coba deh tonton kalau pengin membuktikannya sendiri.

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال