A Simple Favor (2018); Misteri Hilangnya si Teman Baru


 

Ini adalah salah satu film déjà vu, maksudnya, saya sepertinya pernah menonton film ini, tahu alurnya, tapi lupa dengan banyak detail termasuk ending. Saya ulas saja lah ya, toh di blog ini juga belum ada.

Film ini dibintangi Anna Kendrick sebagai tokoh utama. Anggap saja begitu, sebab Stephanie Smothers adalah tokoh baik, protagonis, manis, lugu, penyayang, ibu rumah tangga, relate dengan dunia emak-emak, dan sebagainya, yang dihadapkan dengan karakter Emily Nelson (Blake Lively) yang alpha, tinggi, berambut pirang, seksi, independen, seksi, berkarier, kerja di kota, kaya, sukses, emak-emak ngga relate sama tipe androgyny beginian, tapi termasuk saya malah suka sih.

Sedikit intermeso, ketika saya sudah putus asa untuk mencari tahu tipe mata seperti yang dimiliki Erika Linder untuk diaplikasikan ke karakter Helen Armando, akhirnya saya memilih hooded eyes yang dimiliki Blake Lively. Sebenarnya Taylor Swift juga punya tipe mata yang sama, tapi dia terlalu feminin, ngga kompatibel untuk tipikal fakgel asedese.

Stephanie Smothers adalah seorang vlogger, single mom, suaminya tewas dalam sebuah kecelakaan mobil, anaknya bernama Miles masih bocil, dan rutinitasnya hanya itu-itu saja. Miles punya teman akrab bernama Nicky, campuran Asia-Amerika, kan bapaknya, si Sean (Henry Golding) sebagai representasi Asia. Sedari awal, Stephanie tidak pernah berjumpa dengan kedua orang tua Nicky, padahal orang tua anak-anak lain itu pada diantar-jemput sama orang tuanya.

Suatu hari, saat itu hujan deras, datanglah Emily menjemput. Turun dari mobil sedan hitam,  mengenakan high heels, setelan hitam, rambut pirang terurai, memakai payung, berjalan ala model, dengan efek slow-mo, Stephanie memperhatikan dari kejauhan dengan tatapan terpesona. Itulah pertama kali mereka bertemu. Penuh kesan. Apalagi setelah itu Emily mengajak Stephanie dan Miles mampir ke rumahnya. Naik mobil sendiri-sendiri menuju rumah dua lantai yang mewah di kawasan Elite Connecticut.

Si Emily lalu mengajak Stephanie minum martini, yang diracik sendiri oleh Emily. Martini adalah koktail yang merupakan campuran vermouth dan gin, lalu ditambahkan irisan jeruk … purut? bali? Tentu saja bukan, tapi lemon. Dari cara mereka berdua menyesapnya, sepertinya enak. Minuman itu mengandung alkohol tinggi alias bikin mabuk. Ngomong-ngomong soal mabuk, kadang dijadikan kesempatan untuk mengorek rahasia-rahasia terdalam seseorang atau juga semacam pembenaran untuk bisa bebas berkata-kata. Tentu sebelum ke fase mabuk berat yang mana, orang tinggal tepar atau muntah-muntah. Ada sedikit kesadaran tapi kontrol dirinya sangat jauh di bawah standar. Masih bisa berkendara tapi bisa blackout sewaktu-waktu.

Mereka berdua sempat berbagi rahasia. Siapa sangka, Stephanie yang terlihat sebagai emak baik-baik, ternyata pernah ngewe sama saudara tirinya, di hari pemakaman ayahnya. Satu kartu sudah dipegang Emily. Dan saking polosnya, Stephanie percaya-percaya aja kalau Emily pernah threesome dengan Sean. Stephanie pikir plus lelaki lain, ternyata perempuan. Emily kagetnya di situ. Ebuset dah.

Stephanie juga berkenalan dengan Sean, suami Emily yang tampan dan bersuara berat. Seorang penulis yang bukunya pernah dibaca oleh Stephanie. Di depan Steph, Emily dan Sean sangat mesra, tapi di belakang itu, pasangan ini sedang tidak baik-baik saja.

Emily adalah sosok yang penuh misteri. Tidak ada satu pun fotonya di rumah itu. Hanya ada satu lukisan telanjang dirinya. Pernah Steph memotret Emily untuk foto buku tahunan, lalu mukanya Emily langsung berubah masam sambil minta agar foto itu dihapus. Nah, hilangnya Emily, merupakan momen di mana Steph mengetahui sosok Emily sebenarnya. Di saat Emily menghilang, Sean sedang berada di London menemani ibunya di rumah sakit. Dia tidak bisa dituduh terlibat atas hilangnya sang istri. Lewat vlognya, Steph terus memberikan update tentang hilangnya Emily, dan dia pun mendapat informasi dari orang yang pernah melihat sosok Emily. Ketika jasad Emily sudah ditemukan bersama mobil sewaannya, Steph kaget setengah mati ketika Nicky berkata bahwa dia melihat ibunya di sekolah. Kita sebagai penonton mulai berspekulasi, nih jangan-jangan hantunya Emily datang buat menggerecoki Steph karena belum lama istri meninggal ehlahdalah, Steph udah ngewe dengan Sean. Atau hantunya Emily pengen threesome ama mereka berdua. Threesome with the ghost. Hmm menarik.

Ngga ke situ arahnya, hai otak cabul.

Kematian Emily sebenarnya merupakan titik untuk membuka semua rahasia besar yang selama ini ditutupi begitu rapat. Pertanyaan pertama adalah, siapa sih sebenarnya Emily ini? Dengan segenap usaha, Steph menelusuri jejak masa lalu kelam Emily, termasuk sampai mendatangi pelukis yang membuat lukisan Emily telanjang. Mantan pacar sesama jenisnya Emily. Steph terus mengorek informasi dari sana-sini, membuka arsip-arsip koran seputar berita kebakaran beberapa tahun ke belakang, sampai akhirnya dia tahu semuanya tentang Emily. Orang bisa berbuat sesuatu yang buruk karena ada alasannya. Kadang itu harus dilakukan untuk perlindungan diri. Pesan yang klise.

Film ini klise memang tapi lumayan oke, lumayan menghibur untuk ditonton. Kalau mengira bahwa adegan suspense hanya akan bekerja di malam hari atau kegelapan, sutradara Paul Feig memberikan pandangan lain. Kejahatan pun bisa terjadi di saat hari yang cerah. 

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال