Sebelum ini, saya mengulas tentang film Murder on the Orient
Express, lucunya, ending di film Murder Mystery pasangan Nick dan Audrey sedang
berada dalam kereta legendaris tersebut untuk melanjutkan liburan mereka yang sempat
melenceng dari rencana. Meskipun begitu, tujuan dari liburan dadakan tersebut
akhirnya terpenuhi, kehangatan cinta di antara mereka kembali hadir.
Dua aktor utamanya adalah Jennifer Aniston dan Adam Sandler,
keduanya bukan favorit saya sejujurnya. Saya menonton film ini tidak lain setelah
membaca artikel 15 Best Murder Mystery Movies, Ranked di screenrant.com. Beberapa
adegan di dalamnya terinspirasi dari karya-karya populer Agatha Christie. Saya
pun tahunya dari trivia IMDB.
Sedikit kesamaan Murder Mystery dan Murder on the Orient
Express adalah pembunuhan yang dilakukan di dalam sebuah tempat yang
terisolasi, sehingga pelakunya berbaur dengan orang-orang lainnya. Kemudian, semua
orang terlihat punya potensi yang sama sebagai pembunuh. Di akhir, ketahuanlah
siapa sebenarnya si pembunuh. Pembunuhnya tentu bukan orang random. Ada di situ
dan tidak memperlihatkan gerak-gerik mencurigakan.
Tetapi, Murder Mystery bisa dibilang tidak melulu memberikan
suasana tegang. Ini film yang bisa dikategorikan misteri dan komedi. Meskipun
tidak pendapat rating 7 ke atas di IMDB atau mampu mendapatkan tomatometer
melebihi 90%, juga dikomentari sebagai film yang klise, membosankan, mengecewakan
padahal ditulis oleh James Vanderbilt yang juga menulis naskah film Zodiac, The
Amazing Spider-Man, The Amazing Spider-Man 2, dan Independence Day: Resurgence—anehnya
saya menikmati film ini sampai akhir. Dari trailer-nya saya sudah suka. Ya,
mungkin kali ini saya memang sedang receh saja.
Murder Mystery. Dari judulnya sudah terbaca film ini adalah
tentang misteri di balik sebuah pembunuhan. Pembunuhan terhadap seorang
kakek-kakek miliuner bernama Malcolm Quince di dalam kapal pesiar miliknya,
ketika sedang merayakan pernikahannya dengan seorang gadis muda, yang
sebelumnya adalah tunangan dari keponakannya yang pastinya juga tajir mlintir,
muda, tampan, gagah, charming, berdarah bangsawan bergelar viscount, yang saya
kira diperankan oleh Orlando Bloom yang ternyata Luke Evans, dan Luke Evan
ternyata gay, bernama Charles Cavendish. Charles merupakan penumpang kelas satu
di pesawat yang juga membawa pasangan suami istri Nick dan Audrey Spit yang
sedang merayakan bulan madu perkawinan yang ke-15 ke Malaga. Audrey yang
pertama kali berkenalan dengan Charles di saat dia yang bersama suaminya di
kelas ekonomi, masuk ke kelas satu yang mana sangat jauh berbeda suasananya.
Mewah dan berkelas. Audrey niatnya ke sana cuma buat mengambil penutup telinga
yang nganggur karena suara ngorok suaminya keras banget. Charles pun dengan
mudahnya menawarkan Audrey dan suaminya ikut dengan kapal pesiar Mediterranean
Queen milik pamannya. Sebenarnya, Nick sudah menyiapkan rencana berlibur ke
perdesaan. Tapi melihat Audrey kelihatan tidak berminat ketika melihat bagaimana
padatnya bus yang akan membawa mereka.
Selain awak kapal, di kapal pesiar mewah dengan helipad itu,
ada beberapa orang lain, kenalan Malcolm yang juga diundang. Jadi yang tidak
termasuk undangan hanyalah Nick dan Audrey. Di sana ada aktris berdarah Prancis
yang dikagumi Nick, Grace Ballard. Ada yang dipanggil Maharajah yang mukanya
India tapi kelakuan Amerika. Ada keponakan Malcolm bernama Tobey. Ada juga Colonel
Ulenga dari Namibia yang dulu mengorbankan dirinya hingga kehilangan tangan
demi menyelamatkan Malcolm dari ledakan bom beberapa tahun lalu. Datang bersama
pengawalnya yang tidak pernah bicara, Sergei. Dan ada juga pembalap Grand Prix
berdarah Italia, Juan Carlos Rivera.
Selain untuk merayakan pernikahan, Malcolm juga akan
menandatangani surat warisan, yang mana dia mengatakan bahwa semua harta
kekayaannya akan jatuh ke tangan istri barunya, Suzi, yang berdarah Jepang. Ini
mengagetkan anak dan juga keponakan Malcolm. Ketika akan menandatangani surat
wasiat, ehlahdalah, mati lampu. Ketika lampu kembali menyala, Malcolm sudah
ditemukan tewas tertembak. Tak lama, keponakannya juga tewas tertembak.
Setelah polisi dihubungi, kapal pun merapat ke Monaco.
Mereka diinterogasi oleh pihak kepolisian dan Nick dan Audrey malah dicurigai
sebagai pelaku. Tentu saja kita tahu, itu tidak mungkin. Tidak ada motif. Namun,
sesuai dengan hukum Prancis, seseorang tidak bisa ditangkap kecuali memang ada
bukti. Mereka semua dilepaskan dan penyelidikan kepolisian tetap berlangsung.
Sementara misteri masih menganga, satu per satu penumpang
kapal pesiar itu pun ditemukan tewas. Nick dan Audrey berusaha memecahkan misteri
ini, tapi ternyata tidak mudah. Malahan, di saat itulah, Audrey mengetahui
bahwa Nick sama sekali tidak pernah diangkat sebagai detektif. Dia tidak pernah
lulus ujian detektif. Dan kemampuan menembaknya sangat parah.
Sisi positifnya, kasus yang ada di depan mereka membuat
keduanya menemukan kembali kekompakan. Mereka harus menjadi satu tim karena
lawannya adalah pembunuh yang licik dan cerdik. Di antara para penumpang kapal
pesiar, mereka tidak mendapatkan petunjuk menguntungkan soal siapa pembunuh
yang sedang mengincar nyawa mereka. Sebagai sebuah film komedi, chemistry
tokoh utama akan menentukan segalanya. Tidak terlalu sulit bagi Jen memerankan
istri yang mulai bosan dengan pernikahan tapi masih sayang suami; dan Adam
untuk memerankan polisi yang berusaha tampil keren di depan sang istri, padahal
dia sebenarnya payah di kariernya.
Bulan madu yang seharusnya penuh dengan cinta dan
kehangatan, berganti dengan berbagai keseruan, merobohkan rak buku
perpustakaan, merayap di tembok hotel mewah, sembunyi dalam lemari, hingga
mengendarai Ferrari Magnum P.I. Testarossa yang setirnya di kanan padahal jalannya
di jalur kanan, kebayang betapa ribetnya menyesuaikan diri dengan kecepatan tinggi.
Audrey yang gemar membaca novel-novel misteri, seperti berada dalam
imajinasinya sendiri.
Charlize Theron sempat diisukan ikut main di film ini. Kenyataannya, dia hanya tercatat sebagai produser eksekutif. Kalau mau menunggu dia hadir di layar lebar, tungguin saja F9 dan Atomic Blonde 2.