Jika ente mengira—dengan melihat trailer yang begitu
memancing rasa penasaran—bahwa ini adalah sebuah film thriller yang akan sangat
berdarah-darah. Seorang gadis menyamar dengan memakai pakaian perawat lalu berdandan
creepy ala Harley Quin akan mengejar sekelompok pria yang dulu—entah sekian
tahun silam—pernah melakukan kejahatan seksual terhadap dirinya, lalu menghabisi
mereka secara kejam bahkan mungkin memutilasi dengan gergaji yang tersimpan
dalam tas dokter-dokterannya, maka ente siap-siaplah kecewa.
Saya yang sudah menyiapkan mental akan melihat berbagai
kekejaman itu, tidak habis pikir, bagaimana film seperti ini bisa menang Oscar?
Buat apa ente, wahai Mbak Cassandra (Carey Mulligan), datang ke pesta bujang
dan berhadapan dengan lelaki incaran ente, tapi ente tidak bisa menunaikan
tujuan ente dengan paripurna?
Di dalam trailer juga, paling awal digambarkan bahwa si
Casie berada di kelab malam, sempoyongan tapi pura-pura mabuk aja sebenarnya,
memancing pria yang bersedia menawarkan jasa nganterin pulang, tapi mumpung ni
cewek tidak berdaya, kan dikiranya bisa dimanfaatin lalu ya tahu sendiri. Saya
kan mikirnya wah bakalan banyak adegan panas nih sebelum tuh cowok dihabisi
dengan cara kejam. Atau setidaknya, malah dia balas ngapa-ngapain ke cowok yang
entah dia kasih minuman apa lalu tidak sadar, macam kelakuan si Reyhard Sinaga.
Pas lagi digituin trus divideoin. Itu tidak terjadi. Lalu kenapa film ini bisa
dapat rating 7,5?
Jadi ceritanya gini, Casie memang punya motif atau dendam
terhadap lelaki. Karena di masa lalu, ada seorang lelaki, lebih tepatnya teman
satu kampusnya, yang melakukan pelecehan seksual terhadap orang yang dekat
sekali dengan Casie. Sebagaimana kasus pelecehan seksual di area kampus, banyak
yang tidak tertangani dengan baik. Ada faktor yang juga mendukung itu, yaitu
keadaan si temannya memang lagi mabuk sehingga ketika ada seorang lelaki
melakukan pelecehan, dia nggak bisa melawan. Sama sekali bukan suka sama suka.
Ada kemungkinan juga, orang tua si pelaku pelecehan itu mungkin orang kaya atau
berpengaruh. Kalau sudah begitu, si korban kan hanya bisa terima nasib.
Tapi, Casie merasa, seharusnya tidak bisa dibiarkan begitu saja.
Akhirnya, Casie memilih meninggalkan kuliah kedokterannya demi merawat si teman
yang sakit. Casie sendiri, ketika kejadian itu, tidak datang ke pesta itu. Yang
dia tahu, kejadian itu dilakukan di depan teman-teman si cowok, dan seolah itu adalah
kejadian biasa. Mereka juga udah pada mabuk.
Selang sekian waktu berlalu, Casie entah untuk tujuan apa, pura-pura
mabuk di kelab, dan menjerat lelaki yang berpotensi sebagai predator seks. Okelah,
kalau dia atas nama dendam lalu sampai melenyapkan nyawa, itu bisa diterima.
Tapi, itu tidak terjadi. Tidak ada laporan orang hilang. Artinya, tidak ada
sesuatu yang buruk terjadi.
Di masa ketidakjelasan itu juga, dia bertemu dengan Ryan
yang adalah teman sekampus, juga kenal dengan sirkel pertemanan Casie. Ryan sekarang
adalah seorang dokter bedah anak, tampan, muda. Dan kemudian ngajak Casie
kencan. Casie juga ngajak ketemuan salah satu teman sekampusnya yang lain,
Madison (Alison Brie), yang sengaja dia jebak di hotel bersama seorang pria,
yang entah tujuannya apa. Ente mau balas dendam atau apa sih? Dan yang lebih
ngeselin lagi, yang masih sibuk ingin agar kasus itu diselesaikan adalah hanya
Casie. Orang tuanya temannya udah legowo. Kecuali pihak keluarga memang masih
minta keadilan, ya tepatlah kalau Casie yang jadi eksekutor.