StartUp (2016–2018); Bisnis Rintisan, Gangster, dan Uang Haram


 

Jauh sebelum drakor Start-Up (Seutateueob—ini penulisan judulnya di IMDB) menjadi topik perbincangan pencinta drakor, pencinta mas-mas Korea, dan penggemar mbak-mbak Korea, ada satu serial yang juga bertopik tentang StartUp atau bisnis rintisan itu sendiri. Ini bukan aplikasi ojek online, toko online, bimbel online, BO online, dan sebagainya, tapi ini cryptocurrency alias mata uang digital. Buat yang kudet soal ini, tetep nonton nggak apa-apa kok. Karena adegan ketika si Izzy Morales (Otmara Marrero) menciptakan aplikasi tidak begitu dominan. Ini bukan memulai dari nol, tapi bagaimana si hacker seksi berdarah Kuba ini, menjual hasil perjuangan tujuh tahunnya tersebut. Saya nge-binge dua hari untuk season 1.

Apa bedanya serial ini dengan yang drakor? Saya tidak menonton drakornya ya—karena memang saya kurang berminat dengan drama Korea—jadi tidak mungkin bisa membandingkan. Hanya saja, kalau soal banyak-banyakan adegan ngewe, saya bisa pastikan StartUp sudah pasti di depan. Buat ente yang anti dengan eksploitasi seks di layar kaca, sudah pasti jangan pilih yang mau saya bahas ini. Tapi, emang nggak penasaran, gitu? Ayolah, tonton episode pertama aja, yang mana, semua pemeran utama dapat jatah adegan ngewe. Martin Freeman juga? Yoi, Bos.    

Jangan salah, ini bukan bokep. Ini salah satu serial crime yang ratingnya bagus. Merupakan serial original dari Crackle, yang untuk mengakses situsnya saya harus pakai VPN dulu. Ada beberapa serial mereka yang bagi saya sangat asing, seperti The Ropes, On the Ropes, Oath, Cleaners. Nantilah saya lihat mana yang bisa saya tonton setelah puas sama StartUp. Di Netflix sudah ada.

Setting cerita berada di Miami dengan pemandangan pantai yang biru di satu sisi, dan di sisi lain adalah kota metropolitan yang gemerlap. Kedua negara tetangga yang dipisahkan oleh perairan adalah Kuba dan Haiti. Ketiga tokoh utama di serial ini, merepresentasikan masing-masing negara. Saya perkenalkan dari Nick Talman (Adam Brody), dia adalah seorang pegawai semacam lembaga finansial, bapaknya bankir yang selama ini terlibat dengan uang-uang haram dari pihak-pihak yang hendak mencuci. Nick tahu soal itu, tapi dia tidak ikut-ikutan, pada awalnya. Kemudian sampai suatu saat, dia ikut diburu agen FBI bernama Phil Rask (Martin Freeman), yang jalan pikirannya sudah tidak lurus lagi. Dia bermaksud minta jatah besar dari transaksi bapaknya Nick. Transaksi yang jumlahnya sekitar 2,2 juta dolar. Phil mau setengahnya.

Ketika bapaknya Nick menghilang, ehlahdalah, ada seorang gangster Haiti mau narik uang dari bank bapaknya Nick. Ini dia tokoh kedua, Ronald Dacey (Edi Gathegi). Uang dia yang jumlahnya 300.000 dolar, dia setor ke bapaknya Nick. Pas ke bank, bapaknya Nick katanya cuti, dan rekening dia ternyata tidak terdaftar di bank itu. Ngomong-ngomong, dari mana Ronald punya duit sebesar itu? Dari penjualan narkoba. Dan narkoba memang jualan yang bikin cepat cuan. Apakah Ronald sekeluarga juga pemakai narkoba? Nggak juga. Cuma jualan. Doski minum alkohol aja ogah. Karena kesal tidak ketemu orang yang dia cari, dia pun mengejar Nick. Nick kaget nih. Ini sepertinya sangat gawat.

Sebelumnya, bapaknya Nick sempat minta tolong ke anaknya buat transferrin 2,2 juta itu. Nick minta bantuan Izzy, seorang hacker lulusan Stanford yang sedang ngoding cryptocurrency dengan nama GenCoin. Pada awalnya nolak, Nick akhirnya minta tolong Izzy yang sebelumnya pernah datang ke kantor Nick untuk presentasi proyeknya agar dapat pendanaan. Cuma, sangatlah sulit untuk meyakinkan bahwa bisnis ini tepercaya. Dan orang selalu mengira, ini semacam PayPal. Di taraf dasar saja orang sulit untuk dipahamkan, apalagi mau menjadi investor dengan nilai jutaan dolar. Beres sudah urusan transfer.

Ronald yang awalnya ngebet agar duitnya dibalikin, setelah kena prospek Izzy, akhirnya mau menjadi investor pertama. Tapi, ente kudu paham, buat kita yang duit seadanya, memang 300.000 dolar itu besar, tapi untuk bisnis yang akan dipakai dari belahan dunia mana aja, itu tidak seberapa. Setelah berdamai, uang Ronald tetap di rekening, mereka berusaha mencari calon investor lain yang mana—belum ngeh banget dengan mata uang digital dan kekhawatiran ini bisnis bodong.

Uang yang sempat mereka pegang, akhirnya harus diserahkan kembali ke bapaknya Nick. Dari Nick, mereka dapat investor baru yang lumayan gede ngasih dana. Ehlahdalah, malah komputernya Izzy diretas sama hacker suruhan Phil. Saking hebatnya ini hacker, Izzy tidak bisa mencegah perpindahan dana yang terjadi di depan matanya. Sampai saldonya 0. Uangnya Ronald ikut disikat. Phil yang ingin melarikan diri gegara membunuh rekan sesama agen FBI yang tahu dirinya bermain kotor, bak tersambar petir ketika tahu rekening dia dikosongin sama si hacker. Benar-benar tidak tersisa. Dia sampai harus minjam uang ke mantan istrinya.

Apakah serial ini hanya berkisah tentang upaya memulai bisnis rintisan mata uang digital punya Izzy? Tentu saja tidak. Saya mulai dari Nick. Dia ini selalu merasa kecil hati karena bapak pacarnya tajir mlintir. Selalu saja merasa dia tidak disukai karena tidak punya apa-apa. Hidup juga tinggal bareng di rumah mewah yang menghadap laut milik pacarnya. Itu tekanan yang saya rasa, pria-pria belum selevel sultan bisa rasakan. Pacarnya cantik, baik, dan pengertian. Bapaknya aja yang nyebelin.

Ronald sempat berkonflik dengan dua anggota gangsternya, yang merasa Ronald terlalu murah hati dan gampang memaafkan. Sebagai gangster yang harus bertahan hidup dari rongrongan gangster saingan yang lebih dimanja Amerika, yaitu gangster orang-orang Kuba, kejam adalah koentji. Ronald juga setengah mati memahamkan agar putra sulungnya tidak ikut-ikutan sok jago karena lawan mereka juga bersenjata dan tidak takut mati. Baku tembak adalah sebuah hal yang mereka harus siap hadapi kapan saja.

Izzy adalah anak sulung yang di mata ibunya terlalu rebel. Susah untuk dipahami, terlalu tomboi, beda sekali dengan adiknya yang tampak normal, punya pacar tampan dan baik. Izzy ini tipe mengingatkan saya dengan karakter unik Lisbeth Salander (Rooney Mara) di film The Girl with the Dragon Tattoo dan Cameron Howe (Mackenzie Davis) di serial Halt and Catch Fire. Izzy sibuk dengan perangkat komputernya yang membuat tagihan listrik melonjak tiap bulan, bahkan sampai sering jeglek. Jelas bikin ibunya ngomel secara Izzy kan belum punya penghasilan tetap. Apalagi, sudah umur sekian, masih juga jomblo sementara adiknya sudah mau melepas masa lajang. Kenapa emak-emak di negara berkembang pada punya kegelisahan yang sama terhadap anak gadis yang lama melajang?

Perpaduan tiga karakter beda negara di serial StartUp adalah kombinasi yang tidak hanya merepresentasikan sebuah keragaman lintas ras di sebuah negara adidaya, tapi juga bahwa untuk membuat sebuah kerajaan bisnis, selain perkara modal yang mumpuni, juga adalah saling pengertian dan menerima kekurangan masing-masing. Kultur kapitalis Amerika yang bersinggungan dengan kultur gangster Haiti, disempurnakan dengan teknologi terkini dari seorang perempuan Kuba berotak genius, merupakan kunci untuk mengakses kekayaan material di dunia ini. 


Previous Post Next Post

نموذج الاتصال