Saving Face (2004); Dua Aib dalam Satu Keluarga

 


Di beberapa postingan sebelumnya, saya pernah membahas film The Half of It, yang mana, saya membandingkannya dengan Saving Face, sama-sama merupakan besutan Alice Wu. Bersetting di New York, tapi seperti sebagian orang-orang Cina perantauan, mereka membentuk komunitas tersendiri dan itu besar. Ini sebenarnya juga dilakukan oleh ras maupun suku lainnya di dunia ini, walaupun sebenarnya bukan sebuah kewajiban. Orang tua saya adalah salah satu yang memilih tidak bergabung dengan komunitas Mandailing.  

Memang, rasanya lebih “kuat” ketika berada di sebuah tanah yang baru dipijak, ada orang-orang yang memiliki kesamaan tanah kelahiran, kesamaan bahasa, kesamaan makanan, kesamaan cara pandang, kesamaan prinsip, dan sebagainya.

Komunitas Cina perantauan tinggal dalam wilayah yang disebut chinatown alias pecinan. Karena tinggal dalam area yang orang-orangnya berbahasa Cina, tidak heran jika ada banyak dari mereka yang tidak bisa berbahasa Inggris. Kalau pun ada yang fasih, itu yang memang bersentuhan dengan dunia pendidikan, seperti halnya kakek dari Wilhelmina. Dari sekilas latar belakang yang terucap dari dialog, sang kakek memboyong istri dan anak perempuannya meninggalkan Cina menuju Amerika serikat lalu dia menjadi seorang profesor di kampus.

Merasa memiliki kedudukan dalam dunia pendidikan, sang kakek berusaha melindungi anggota keluarganya dari pengaruh buruk Barat yang sangat bertentangan dengan Timur, tapi apa daya, meski tinggal serumah, ehlahdalah, anaknya (diperankan oleh aktris Joan Chen) yang berstatus janda hamil di luar nikah. Misteri pria itu akan terungkap di akhir setelah sebuah drama.

Selain hamil di luar nikah, sesuatu yang dianggap biasa di Barat tapi dianggap aneh di Timur adalah perkara senang dengan sesama jenis. Wilhelmina yang seorang dokter bedah, jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Vivian saat datang ke sebuah pertemuan komunitas di Jumat malam. Ibunya Wil selalu memaksa anaknya agar datang, meskipun Wil tidak pernah menikmati kehadiran di tempat itu, untuk satu tujuan, berusaha menjodohkan putrinya yang sudah berusia 27 tahun. Usia yang bagi ibu-ibu di Asia tergolong sudah bikin cemas jika anak perempuannya masih juga melajang. Salah satu pria yang ditarget untuk dijodohkan dengan Wil adalah Raymond, seorang pengusaha sukses berkepala botak. Raymond ini anak dari kenalan ibunya Wil yang juga merupakan langganan di salon tempat ibu Wil bekerja. Yah, namanya juga usaha.

Tapi, ibu Wil tidak tahu, ketika putrinya malah melirik seorang gadis bertubuh jangkung dan melemparkan senyum kepadanya. Nah, dari situ kisah berawal. Wil mengira senyuman itu hanya semacam keramahan belaka, kenyataannya tidak. Lagi-lagi, karena mereka berada di satu komunitas yang sama sejak beberapa generasi. Wil baru hengkang dari lingkungan pecinan ketika sudah dewasa, tinggal di apartemen. Teman-temannya berkulit putih dan hitam, bukan lagi kuning seperti dirinya.

Wil dan Vivian bertemu lagi di vending machine rumah sakit. Saat itu, Wil belum ngeh, ini cewek siapa sih sebenarnya? Kok baik sama dia. Walaupun hanya ngasih uang receh, tapi kan kan kan, pasti ada sesuatu.

Di cerita yang lain, tiba-tiba ibunya Wil datang ke apartemennya, menunggu di luar dengan barang-barangnya. Wil kaget, kok ujuk-ujuk datang tanpa menghubungi lebih dulu. Padahal jarak dari apartemen ke rumah kakek Wil cukup jauh. Harus naik MRT dulu. Merasa aneh dengan kehadiran ibunya, Wil pun menelepon ke rumah. Dan di situlah dia tahu dari neneknya bahwa ibunya hamil. Susah dipercaya. Ibunya Wil sudah berusia 48 tahun, bukan tipe yang berdandan menggoda seperti cewek-cewek TikTok atau berfoto seksi seperti cewek-cewek Instagram. Dia kayak ibu-ibu seperti biasanya, cuma memang merawat diri sehingga masih langsing dan awet muda. Kok bisa sampai hamil di luar nikah? Hingga tanda tanya itu terjawab, sosok itu membuat semua orang tercengang, penonton tidak pernah mendapat kejelasan, mereka ini ketemu di mana?

Barangkali ini tidak terlalu penting menurut Alice Wu sebagai penulis skenario, sebab konflik utamanya adalah perkara cinta yang diam-diam. Di satu sisi Vivian terkesan ingin dunia tahu bahwa dia dan Wil berpacaran, di sisi yang lain, Wil dengan kondisi keluarga yang memegang budaya Timur merasa ketar-ketir. Emak hamil di luar nikah aja kakeknya murka, apalagi dia yang ngewe sama cewek.

Di luar komunitas orang-orang Cina, Wil sebenarnya punya support system yang lumayan baik. Dia punya tetangga berkulit hitam yang tahu soal Wil dan Vivian. Mereka sering ngobrol sambil merokok di rooftop. Dengan Jay, Wil merasa, posisinya tidak sepenuhnya salah. Jay juga lama-lama dekat dengan ibu Wil walaupun awalnya memperlakukannya dengan kurang pantas, semisal ketika Jay ikut makan, mau dikasih piring kertas sehingga selesai dipakai langsung buang. Tapi, karena Jay sering datang dan ibu Wil selalu di dalam apartemen sendirian, mereka malah jadi nonton sinetron bareng, mewek bareng.

Satu yang membuat Wil berat untuk melanjutkan hubungan, sebenarnya bukan ibunya. Wong ibunya pernah ngegep si Wil sama cewek kok sehingga sejak itu gigih menjodohkan Wil dengan lelaki seumuran Wil dalam sirkel mereka. Ibunya Wil ini representasi dari orang Cina yang ogah sama ras lain. Orang yang membuat langkah Wil terhenti berhubungan dengan Vivian adalah ayah Vivian. Namanya juga ayah ingin putrinya sukses di karier impiannya. Wil dianggap satu hal yang akan mendistraksi dan blablabla. Dan, ayah Vivian punya power yang bisa membuat karier Wil yang malah berantakan. Jadi dokter di Amerika itu tidak gampang lho. Di sini, Wil memang terkesan cemen. Mundur teratur. Wow. Padahal, di sisi yang lain, Vivian itu sudah sering menceritakan tentang Wil kepada ibunya dan juga teman-temannya. Ketika Vivian ulang tahun, dia sangat berharap Wil datang agar bisa memperkenalkan si pacar baru kepada teman-temannya. Momen itu terlewatkan karena Wil malam itu harus menangani banyak operasi. Yang namanya dokter bedah, ente kira operasi selesai dalam lima menit? Saya saja operasi gigi sampai dua jam. 

Saving Face adalah salah satu film favorit saya. Joan Chen di sini karakternya kuat banget dan membuat penonton akhirnya tidak hanya terfokus pada hubungan Wil dan Vivian. Ketika ibunya Wil kencan dengan beberapa pria memang bikin ngakak secara teman-teman kencannya aneh-aneh aja kelakuannya.

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال