Di beberapa postingan sebelumnya, saya pernah membahas film The
Half of It, yang mana, saya membandingkannya dengan Saving Face, sama-sama
merupakan besutan Alice Wu. Bersetting di New York, tapi seperti sebagian
orang-orang Cina perantauan, mereka membentuk komunitas tersendiri dan itu
besar. Ini sebenarnya juga dilakukan oleh ras maupun suku lainnya di dunia ini,
walaupun sebenarnya bukan sebuah kewajiban. Orang tua saya adalah salah satu
yang memilih tidak bergabung dengan komunitas Mandailing.
Memang, rasanya lebih “kuat” ketika berada di sebuah tanah
yang baru dipijak, ada orang-orang yang memiliki kesamaan tanah kelahiran, kesamaan
bahasa, kesamaan makanan, kesamaan cara pandang, kesamaan prinsip, dan
sebagainya.
Komunitas Cina perantauan tinggal dalam wilayah yang disebut
chinatown alias pecinan. Karena tinggal dalam area yang orang-orangnya
berbahasa Cina, tidak heran jika ada banyak dari mereka yang tidak bisa
berbahasa Inggris. Kalau pun ada yang fasih, itu yang memang bersentuhan dengan
dunia pendidikan, seperti halnya kakek dari Wilhelmina. Dari sekilas latar
belakang yang terucap dari dialog, sang kakek memboyong istri dan anak
perempuannya meninggalkan Cina menuju Amerika serikat lalu dia menjadi seorang
profesor di kampus.
Merasa memiliki kedudukan dalam dunia pendidikan, sang kakek
berusaha melindungi anggota keluarganya dari pengaruh buruk Barat yang sangat
bertentangan dengan Timur, tapi apa daya, meski tinggal serumah, ehlahdalah,
anaknya (diperankan oleh aktris Joan Chen) yang berstatus janda hamil di luar
nikah. Misteri pria itu akan terungkap di akhir setelah sebuah drama.
Selain hamil di luar nikah, sesuatu yang dianggap biasa di
Barat tapi dianggap aneh di Timur adalah perkara senang dengan sesama jenis.
Wilhelmina yang seorang dokter bedah, jatuh cinta pada pandangan pertama kepada
Vivian saat datang ke sebuah pertemuan komunitas di Jumat malam. Ibunya Wil
selalu memaksa anaknya agar datang, meskipun Wil tidak pernah menikmati
kehadiran di tempat itu, untuk satu tujuan, berusaha menjodohkan putrinya yang
sudah berusia 27 tahun. Usia yang bagi ibu-ibu di Asia tergolong sudah bikin cemas
jika anak perempuannya masih juga melajang. Salah satu pria yang ditarget untuk
dijodohkan dengan Wil adalah Raymond, seorang pengusaha sukses berkepala botak.
Raymond ini anak dari kenalan ibunya Wil yang juga merupakan langganan di salon
tempat ibu Wil bekerja. Yah, namanya juga usaha.
Tapi, ibu Wil tidak tahu, ketika putrinya malah melirik
seorang gadis bertubuh jangkung dan melemparkan senyum kepadanya. Nah, dari
situ kisah berawal. Wil mengira senyuman itu hanya semacam keramahan belaka, kenyataannya
tidak. Lagi-lagi, karena mereka berada di satu komunitas yang sama sejak beberapa
generasi. Wil baru hengkang dari lingkungan pecinan ketika sudah dewasa,
tinggal di apartemen. Teman-temannya berkulit putih dan hitam, bukan lagi kuning
seperti dirinya.
Wil dan Vivian bertemu lagi di vending machine rumah sakit.
Saat itu, Wil belum ngeh, ini cewek siapa sih sebenarnya? Kok baik sama dia. Walaupun
hanya ngasih uang receh, tapi kan kan kan, pasti ada sesuatu.
Di cerita yang lain, tiba-tiba ibunya Wil datang ke apartemennya,
menunggu di luar dengan barang-barangnya. Wil kaget, kok ujuk-ujuk datang tanpa
menghubungi lebih dulu. Padahal jarak dari apartemen ke rumah kakek Wil cukup
jauh. Harus naik MRT dulu. Merasa aneh dengan kehadiran ibunya, Wil pun
menelepon ke rumah. Dan di situlah dia tahu dari neneknya bahwa ibunya hamil.
Susah dipercaya. Ibunya Wil sudah berusia 48 tahun, bukan tipe yang berdandan
menggoda seperti cewek-cewek TikTok atau berfoto seksi seperti cewek-cewek
Instagram. Dia kayak ibu-ibu seperti biasanya, cuma memang merawat diri
sehingga masih langsing dan awet muda. Kok bisa sampai hamil di luar nikah?
Hingga tanda tanya itu terjawab, sosok itu membuat semua orang tercengang, penonton
tidak pernah mendapat kejelasan, mereka ini ketemu di mana?
Barangkali ini tidak terlalu penting menurut Alice Wu
sebagai penulis skenario, sebab konflik utamanya adalah perkara cinta yang
diam-diam. Di satu sisi Vivian terkesan ingin dunia tahu bahwa dia dan Wil
berpacaran, di sisi yang lain, Wil dengan kondisi keluarga yang memegang budaya
Timur merasa ketar-ketir. Emak hamil di luar nikah aja kakeknya murka, apalagi
dia yang ngewe sama cewek.
Di luar komunitas orang-orang Cina, Wil sebenarnya punya
support system yang lumayan baik. Dia punya tetangga berkulit hitam yang tahu
soal Wil dan Vivian. Mereka sering ngobrol sambil merokok di rooftop. Dengan
Jay, Wil merasa, posisinya tidak sepenuhnya salah. Jay juga lama-lama dekat
dengan ibu Wil walaupun awalnya memperlakukannya dengan kurang pantas, semisal
ketika Jay ikut makan, mau dikasih piring kertas sehingga selesai dipakai
langsung buang. Tapi, karena Jay sering datang dan ibu Wil selalu di dalam apartemen
sendirian, mereka malah jadi nonton sinetron bareng, mewek bareng.
Satu yang membuat Wil berat untuk melanjutkan hubungan, sebenarnya bukan ibunya. Wong ibunya pernah ngegep si Wil sama cewek kok sehingga sejak itu gigih menjodohkan Wil dengan lelaki seumuran Wil dalam sirkel mereka. Ibunya Wil ini representasi dari orang Cina yang ogah sama ras lain. Orang yang membuat langkah Wil terhenti berhubungan dengan Vivian adalah ayah Vivian. Namanya juga ayah ingin putrinya sukses di karier impiannya. Wil dianggap satu hal yang akan mendistraksi dan blablabla. Dan, ayah Vivian punya power yang bisa membuat karier Wil yang malah berantakan. Jadi dokter di Amerika itu tidak gampang lho. Di sini, Wil memang terkesan cemen. Mundur teratur. Wow. Padahal, di sisi yang lain, Vivian itu sudah sering menceritakan tentang Wil kepada ibunya dan juga teman-temannya. Ketika Vivian ulang tahun, dia sangat berharap Wil datang agar bisa memperkenalkan si pacar baru kepada teman-temannya. Momen itu terlewatkan karena Wil malam itu harus menangani banyak operasi. Yang namanya dokter bedah, ente kira operasi selesai dalam lima menit? Saya saja operasi gigi sampai dua jam.
Saving Face adalah salah satu film favorit saya. Joan Chen di sini karakternya kuat banget dan membuat penonton akhirnya tidak hanya terfokus pada hubungan Wil dan Vivian. Ketika ibunya Wil kencan dengan beberapa pria memang bikin ngakak secara teman-teman kencannya aneh-aneh aja kelakuannya.