Selamat Idulfitri buat yang merayakan. Yah telat ngucapin adalah sebuah hal biasa daripada tidak sama sekali. Mumpung nungguin nyawa Shopee Candy penuh kembali, saya mau nulis-nulis dulu, lah, biar tangannya nggak kaku.
Belakangan ini, saya sepertinya sudah sangat malas
mendengarkan musik-musik baru di aplikasi streaming. Yah sekadar tahu ada lagu
ini dan itu yang viral karena jasa TikTok dan kebetulan saya juga bukan penyuka
industri hiburan Korea yang serba heboh sendiri. Terima kasih, Tuhan, tidak
menjadikan saya bagian dari kaum yang …. eng ing eeeenggg!!!
Oke, lupakan soal Korea yang berusaha merebut perhatian
dunia, atau Rusia yang menunggu waktu yang tepat untuk menggunakan nuklirnya,
atau Amerika yang naik darah karena presidennya jadi bahan olok-olokan. Terserahlah.
Peranglah kalian sana sampai puas. Selagi saya masih bisa menikmati kesendirian
dengan adanya podcast yang bermacam-macam konsep, isu dunia tidak terlalu
penting.
Ada dua platform yang menurut saya menyumbangkan podcast-podcast
layak dengar alias sesuai selera saya. Pertama di Spotify, kedua di Noice. Saya
pernah bahas Unfaedah Podcast, yang tidak lama setelah itu, Gofar kena kasus
dan spontan (uhuy) dikeluarkan sama gengnya dan kemudian podcast itu jadi nggak
asyik lagi. Saya akui, karena jauh lebih dulu, ada lebih banyak pilihan di
Spotify. Saya sebut beberapa tapi tidak akan saya bahas, takut nanti ini
podcast mengalami hal yang sama. Sebut saya Mendoan. Entah kenapa, saya
lama-lama senang dengan podcast bernuansa Jawa Timuran. Di podcast ini ada Dono
dan Tian, mantan penyiar Hard Rock FM Surabaya. Sudah jelas sangat Surabaya,
sering mengundang Surabaya, concern dengan Surabaya, dan pendengarnya bisa siapa
pun asa paham bahasa Jawa dasar. Semacam saya inilah. Komedi mereka pun lebih
masuk ke saya, bahkan dibandingkan Agak Laen yang jelas-jelas Batak.
Agak laen ini—oke nggak papa kan kalau saya bahas tipis-tipis
aja, tangan ini sulit ditahan sepertinya—isinya 4 cowok Batak/Melayu/Jawa.
Stand up comedian semua. Ada Boris dan Bene yang asli Batak. Indra Jegel ini
Melayu. Oki sebenarnya Jawa. Tapi mereka masih sangat kuat kultur Bataknya.
Mereka juga seperti Mendoan, sering berbagi pengalaman hidup mereka sambil
buli-bulian. Meski mereka lebih banyak berbahasa Indonesia, tapi mungkin
pendengarnya lebih segmented. Itu menurut pendapat saya sih.
Ada lagi Podcast Malam Kliwon yang berulang-ulang saya
dengarkan. Isinya kiriman cerita-cerita horor dari Teman Kliwon—sebutan para
pendengarnya—untuk dibacakan Bimo dan Danu. Meski horor tapi ada komedinya dan
tanpa efek suara-suara yang mengagetkan. Saya sering memutar podcast ini sebelum
tidur dan kalau pas terbangun tengah malam, saya matikan atau saya ganti
murotal karena tiba-tiba merasa ada something aja di sekitar saja. Saya
untungnya bukan tipe yang peka. Cuma, feeling itu sepertinya siapa pun punya
deh.
Selain 3 itu, saya juga sering dengerin Podcast Seminggu,
ada Awwe dan Pican yang komedinya kelas absurd. Cuma sayang, sound-nya kurang
bagus, kekecilan. Volume HP harus digedein banget biar bisa dengar mereka. Dan
yang honorable mention antara lain GJLS, Lenyap, Podcast Ancur, dan Hypebestie.
Sekarang saatnya nyebrang ke Noice, platform yang Erick
Tohir ada di jajaran pemiliknya. Konten-kontennya berarti pro-pemerintah? Idealnya
begitu, tapi untuknya buzzer justru tidak ada yang mangkal di sini. Kalau pun
ada, ya tidak udah didengar.
Saya mulai sebut dari yang saat ini sedang saya favoritkan.
Sebentar, saya buka aplikasinya dulu. Nomor 1 alias yang saya tunggu-tunggu episode
barunya adalah Ruang 28 season 2. Kenapa season 2, karena yang season 1 kureng.
Ada ketambahan Mamat al-Katiri yang mana membawa persona panelis separatis. Digabungkan
dengan Cania Citta dan Gilang Bhaskara. Format ini jadi terasa lebih enak
dinikmati, serius, ada komedi, dan dalam. Mereka akan memberikan opini mereka
untuk 3 hal-hal yang sedang mengemuka. Tidak ada debat kusir, tidak ada yang
merasa pendapat yang lain salah. Tidak seperti yang diperlihatkan pejabat di
layar TV yang makin lama nada bicaranya makin naik tapi esensinya zero. Tolonglah
para pejabat, contohlah attitude 3 generasi milenial ini dalam berpendapat.
Yang kedua adalah Sumbu Pendek. Ada Oza Rangkuti, Dito, dan
Marsud. Mereka ini awalnya di Spotify (sebelum Oza gabung), lalu teman yang satunya
keluar, mereka vakum lalu pindah ke Noice. Kebalikan Ruang 28, mereka dari
bagian intro udah ngegas. Judul-judul episodenya aja ngegas, misal: Kelakuan
Katro Generasi Zonk yang menyindir kelakuan rese gen Z, Sehari Gak Ngomong
Kotor Doang Masa Susah, Culun Banget Pake Segala Takut Tambah Dewasa yang
lagi-lagi menyindir kelakuan gen Z, Pamer Harta Gak Bikin Lo Keliatan Keren. Selain
ngegas, mereka ini lihat sekali menyindir rezim pemerintahan Wakanda. Kalau
mengikuti perkembangan politik, meski mereka tidak menyebut nama atau partai,
pasti tahu apa yang mereka maksud.
Yang ketiga adalah Berizik, ada Awwe dan Randika Jamil.
Genre musik tapi yang ringan-ringan. Dika adalah mantan penyiar yang sudah pasti
basic musiknya bagus, Awwe lumayan tahu banyak lagu juga. Salah satu episode
favorit saya adalah episode 259 #SERULING bareng Dicky Difie. Sumpah, pecah
banget dan Dicky tipe yang tahu diri, selalu berusaha all out dan bonding dengan
Awwe dan Dika. Itu ada di season 2. Mereka juga ada konten #BERIZIKFM yang ala-ala
siaran radio sehari semalam. Ada crossover yang Crossover yang kadang seru kadang
garing. Ada #BerisikBerisi yang menurut saya semuanya keren-keren, wawancara
dengan beberapa penyanyi, episode Titi DJ dan Eno Gitara dua yang favorit.
Lanjut yang keempat, adalah lagi-lagi Surabaya, kembali Dono
Pradana datang dengan Firza Valazza. Mereka berdua ini tampil di Lambemu, kompilasi
kelakuan tetangga taek. Firza kalau di Mendoan beberapa kali diajak kolab dan
lucu juga. Tian juga pernah diundang ke Lambemu. Meskipun orangnya itu-itu aja,
tapi karena bahasannya beda, tetap enak disimak. Dan tetangga taek itu ternyata
ada di mana-mana dan kelakuannya sungguh tidak masuk akal.
Selanjutnya adalah Trio Kurnia. Nah ini gimana ya, ini sih
podcast artis yang jelas lucu. Isinya Vincent, Desta plus Andre Taulany. Jadi
di tahun 2022, mulai masuklah berbagai artis dan influencer. Raffi masuk, Arif
Muhammad masuk. Bahasannya ya sebenarnya biasa-biasa aja. Cuma siapa yang
membahas itu jadi beda. Jujurly gitu. Tapi lumayanlah buat ngisi waktu.
Ada Udik, Uus dan Dicky. Bahasan mereka ini hampir senada
dengan Sumbu Pendek, tapi ala pemabuk. Entah mereka sedang mabuk atau tidak, tapi
kadang seperti begitulah. Saya mengikuti episode-episode awal sampai season 3,
lalu entah kenapa mulai bosan juga, mungkin karena durasinya kepanjangan juga
dan seingat saya tidak pernah kolab.
Musuh Masyarakat sejak Coky ditahan memang semacam goyah. Muslim
coba dengan beberapa partner tapi sepertinya baru menemukan kecocokan dengan
Adriano Qolbi. Memang, fans Coky seperti cemburu, tapi mau gimana lagi, bisnis
harus tetap berjalan meski idol ente di penjara.
Untuk yang horornya, saya suka banget dengan Scary Things.
Ada Shahabi, Camui, dan Shafa. Ini bukan Safa-Safa yang sempat trending di
twitter gegara disidang zoom akibat hate speech terhadap idol kpop ya. Mereka ini total bisa menghadirkan nuansa
horor dari story telling tanpa efek suara mengagetkan. Kadang ada plot twist
yang bikin terperangah. Dan ketika saya menulis artikel ini, mereka belum
merilis episode terbaru. Hampir 2 bulan ke mana mereka? Tidak ada perpanjangan
kontrak, kah? Dibandingkan dengan Podcast Tanah Jawa yang sering banyak
celetukan garing atau tebak-tebak sok tahu, atau Nessie Judge yang berusaha
diserem-seremin, Scary Things jauh di atas mereka. Menurut saya lho.
Terakhir adalah Hiduplah Indonesia Maya. Pandji Pragiwaksono
yang bermonolog. Kadang bagus kadang nggak. Kadang materinya nggak disiapkan,
jadi harus nungguin dia searching dulu di komputer, kadang juga nggak dapat
jawabannya. Tapi so far, okelah, banyak hal baru juga yang bagus untuk menambah
wawasan biar otak ada isinya terus.
Nah itu. Noice memang aplikasi yang masih bayi banget. Didengarkan pun belum bisa lewat PC seperti Spotify. Masih harus menambah variasi podcast lagi supaya pendengarnya lebih banyak dan luas. Mungkin mengundang artis-artis papan atas adalah salah satu pilihan. Tapi apa ya nggak bosen sementara mereka sudah punya merajai Youtube? Cari yang lain, lah. Juga yang bukan dari circle-nya rezim.