My Lecturer My Husband (2020-): Nikah Masih Berasa Pacaran


Berhubung saya sudah telanjur langganan WeTV selama sebulan, dan kemudian …

Bentar, bentar, mulainya jangan dari situ deh.

Jadi, ada lagi vt series yang masuk fyp saya. Algoritma ulah saya sendiri mengakibatkan vt My Lecturer My Huband lewat. Secara ini juga tayang di WeTV. Ini membuat saya percaya bahwa algoritma jauh lebih pengertian dari manusia yang menciptakannya. Kalau di Jepang ada laki-laki nikah sama boneka, jangan-jangan di Indonesia bakalan ada manusia random yang nikah sama algoritma.

Series yang dibintangi Reza Rahadian dan Prilly Latuconsina ini udah lama saya tahu. Pokoknya meraka jadi pasangan, terus, seperti biasa, penonton yang kebaperan langsung nge-ship mereka. Hati-hati lho, lautan itu sulit ditebak. Kapal raksasa kayak Titanic aja bisa tenggelam, bagaimana dengan kapal api eh kapal kecil.

Sudah lama tahu tapi saya tidak pengin nonton. Karena malas. Saya bukan fans Reza atau Prilly. Lagi pula dari judul aja, saya bisa sejago Denny Darko ngeramalin ini endingnya bakal gimana. Bakal jadian kan? Konfliknya paling mereka nggak saling cinta atau ada orang kedua. Halah, template!

Lalu, ketika iseng browsing series apa lagi nih yang bisa ditonton di WeTV, masak cuma Sianida doang, yang nontonnya sengaja saya cepetin karena … yah sudah saya sampaikan keluhan saya di postingan sebelumnya. Walaupun cuma bayar langganan 19.000 harga promo untuk bulan pertama, sepertinya rugi kalau nggak nonton apa kek. Perpanjangannya nanti harganya naik lagi. Belum tentu saya mau perpanjang. Mending langganan Netlfix yang jelas-jelas saya dari dulu banyak nonton produk buatan mereka. Buktinya, sampe sekarang nggak pengin langganan. Di Shopee banyak jual yang murah tuh.  

Saya coba nonton deh MLMH. Judul yang mungkin terinspirasi dari acara TV My Trip My Adventure. Mungkin lho, saya tegaskan, karena nggak riset. Kalau salah ya maaf. Kalau pernah dengar judul novel Wattpad My Ex My Fiance, itu kelakuan saya tuh. Nggak nemu judul lain yang lebih tepat. Ceritanya toh memang begitu.

MLMH asalnya dari Wattpad. Masih memungkinkan diadaptasi menjadi series karena tokohnya tidak melibatkan idol Kpop. Kalau MEMF mustahil. Tokohnya member EXO. Kecuali Chanyeol tiba-tiba pensiun dini lalu pindah nyari nafkah di sini. Terbuka kemungkinan, meskipun kecil.

Cerita romance ringan kayak gini bukan kesukaan saya. Silakan buktikan dari postingan revieu film atau series yang ada di situs ini. Ketika teman-teman saya tergila-gila dengan drakor, yang alur ceritanya 11-12 lah, saya masih belum bisa ikut tertarik atau setidaknya penasaran. Lah, habis mereka (yang nonton drakor itu) jarang menyukai drakor karena ceritanya, selalu karena pemainnya ganteng. Kan keburu enek ya. Beda banget penyuka series Nacos eh Narcos atau CSI atau Wentwoth atau non-drakor lah pokoknya yang selalu memulai dengan “jadi ceritanya begini …”. Tokoh utamanya bukan yang guanteng atau cuantik, tapi aktingnya bikin penonton dekat dengan mereka.  

Gitu lho, wahai drakor lover.

MLMH mempertemukan dua aktor (aktor bisa merujuk ke aktris ya, biar nggak bingung) yang masih muda tapi karyanya sudah cukup banyak. Kalau nggak salah ini pertama kalinya mereka satu layar. Prilly identik sama sinetron. Reza sudah bisa dibilang Prince of Indonesian Movies. Film yang dia bintangi tidak terlalu banyak sebenarnya, tapi terkesan semua film dia yang membintangi. Kalau tidak percaya, coba hitung berapa jumlah film yang sudah dia bintangi? Ratusan? Belum. Tuh, saya jadi buka Wikipedia kan. Dia mulai akting tahun 2007. Baru 15 tahun. 1 film syutingnya anggap aja sebulan. Nggak sepanjang tahun juga dia selalu syuting. Setahun yang tayang di bioskop berapa. Yang ketunda tayang gara-gara pandemi berapa. FTV juga nggak seberapa. Sinetron kayaknya doi nggak bakalan mau. Series juga masih kehitung jari. Sama Lukman Sardi aja dia masih jauh ketinggalan kok. Ente jangan sekate-kate gitu.

“Perjodohan” akting mereka di MLMH menurut saya semacam sebuah keajaiban. Skenario yang mereka pegang bukan film berat, serius, mewakili seorang tokoh besar, dan sebagainya. Ini skenario sinetron yang “yaelah” kok bisa-bisanya Reza “menurunkan level” dan mau say YES buat nerima. Saya nggak tahu apakah dia sedari awal sudah tahu siapa lawan mainnya atau belum. Maaf, saya nggak/males riset soal proses sebelum syuting berjalan.

Skenario boleh biasa aja. Kalau yang menyutradarai Monty Tiwa? Bukan orang sembarangan dia. Naskah biasa + aktor spesial + sutradara spesial. Formulanya begitu untuk membuat saya bisa suka. Kalau yang main semisal Vino G. Bastian sama Prilly, belum tentu gemes-gemesnya dapet. Atau Reza dipasangkan sama hm Amanda Manopo juga belum chemistry-nya dapet.

Ceritanya ringkasnya seperti ini: Inggit seorang mahasiswa jurusan komunikasi yang ada kelas dan dosennya killer, lebih ke pelit nilai sih. Menurut saya killer itu lebih ke arah, personanya menyeramkan. Bawa pisau atau gergaji mesin terus … bukan kayak gitu! Masalahnya, dari sisi Inggit dan teman-temannya menyebut killer karena tugas mereka dikasih C mulu. Kalau zaman saya kuliah, nilai C itu biasa, Kawan. Saya nggak nyebut dosennya killer. Tapi saya menyebut diri saya TOLOL! Dosen FIB UGM yang killer kayaknya nggak ada. Mahasiswa yang TOLOL banyak. Btw, tidak banyak sisi perkuliahan yang ditampilkan. Kalaupun ada materi yang diselipkan, yah yang permukaan aja. Yang mudah-mudah.

Kalau mau yang rumit, nonton aja How to Get Away with Murder. Itu kuliah hukum tingkat tinggi plus praktik lapangan. Kalau series Indonesia, hal seperti ini sepertinya memang direduksi. Takut penonton bosen. Padahal, seandainya, Arya diperlihatkan kelihatan mengajar di kelas, mungkin jawaban atas pertanyaan apakah memang Arya adalah dosen killer atau bukan akan tersirat. Dan di episode-episode selanjutnya, sorotan di perkuliahan memang dikurangi. Padahal, kuliah jalan terus meskipun daring. Dan sempat melintas pertanyaan dalam benak saya ketika melihat mahasiswa di ruang kelas, yang cuma segelintir, ini kampus apa sih sebenarnya? Sewaktu ZOOM juga yang ikuran daring sedikit. Padahal bayar figuran buat menuh-menuhin kelas paling berapa coba?

Oh ya lanjut. Inggit ini punya pacar. Mahasiswa kedokteran yang lagi koas, namanya Tristan. Katanya sih koas, tapi selo bener bisa nongkrong-nongkrong sama pacaran mulu. Ente koas di mana?

Hubungan antara Inggit sama Tristan baik-baik aja. Sampai suatu ketika, bapaknya Inggit sakit. Inggit pun pulang ke Yogyakarta. Dari Jakarta naik travel karena waktu itu entah karena nggak dapet pesawat atau memang pandemi yang mo ke mana serba dibatasi. PSBB atau PPKM lah.

Ketika di Yogya, bapaknya bilang kalau Inggit mau dijodohin, eh hendak dijodohkan. Akan dijodohkan. Rencana dijodohkan. Inggit-nya sih nggak mau. Tapi, ketika Inggit minta Tristan datang, Tristan malah parno duluan. Mikirnya disuruh ketemu orang tua Inggit terus ditodong supaya segera menikahi Inggit. Padahal, maksudnya Inggit nggak ke situ. Kalau sudah selo, mbok datang.

Karena Tristan cupu, Inggit mau aja disuruh ketemuan sama si calon. Tanpa tahu nama. Dia datang ke sebuah kafe, lalu Arya memuin dia. Lalu Inggit pun tahu kalau dia dijodohin sama Arya.

Why? Alasannya nanti ada di penghujung episode 8.

Tidak hanya dijodohkan, tapi langsung DINIKAHKAN. Ya, aneh bin ajaib. Entah mengapa. Inggit pun mau dinikahkan. Itu nggak tahu berapa hari setelah mereka ketemuan ya. Padahal nikah kan banyak surat-surat dan prosedur yang harus diurus ya. Dan sepertinya nikah resmi, bukan siri. Eh, siri apa resmi ya?

Lalu mereka kembali ke Jakarta, tinggal bareng di rumah Inggit, masih jaga jarak, Inggit nggak mau ngewe sama suaminya, dan Inggit tidak mau pernikahan itu diketahui. Nonton season 2 kalau mau yang agak liar adegannya. Season 1 masih “aman” masih sopan.

Ketika fase #dirumahaja, seolah semesta menghalangi Inggit yang masih pacaran sama Tristan. Memang bangsat. Secara dia masih sayang, walaupun dikecewakan karena Tristan ternyata tidak meletakkan Inggit sebagai nomor 1 dalam hidupnya. Di masa itu pula, sepasang suami istri baru memulai hidup baru. Mereka sudah saling tahu di kampus, tapi di rumah kan belum. Yang ternyata, di rumah pun, di mata Inggit, Arya sama menyebalkannya. Saya nggak tahu selisih usia mereka berapa. Anggap saja, Inggit masih 20-an awal, Arya 35-an kali ya. Jadi yang satu dewasa, satunya kekanakan.

Masih nunggu adegan ngewe? Kaga ada!

Tapi ada banyak kesempatan mereka bisa “khilaf” sebenarnya. Kalau Arya mau agresif, itu bisa kejadian. Toh, mereka tidak saling menjauh kok. Mereka makan bareng, tidur bareng, kuliah bareng. Ada emosi yang terbangun di antara mereka. Inggit juga lama-lama mulai membatasi dirinya dari Tristan, termasuk tidak mau membalas ketika Tristan mengucapkan, “I love you.” Tristan, ente memang kurang peka. Posisi ente tergeser karena Arya mau bagaimana pun juga sudah mengantongi golden ticket bernama restu orang tua. Di Indonesia, restu orang tua adalah segala-galanya, Bro! Arya adalah menantu idaman, sopan, berpendidikan, bisa masak. Dia itu perfect.

Jadi dalam 8 episode ini, saya menonton proses Arya menaklukkan hati Inggit. Ribut-ribut mereka bukan masalah prinsipil. Mereka seiman walaupun Arya hanya shalat sekali, dan Inggit nggak pernah shalat. Mereka mapan dalam finansial. Rumahnya Inggit terbilang besar dan kalau di Jakarta mungkin sudah harga em-eman. Paling, ribut soal Inggit nggak mau foto pernikahan mereka ada di tempat yang bisa terlihat orang. Di awal-awal, sempat tuh mereka kayak nempelin beberapa sticky notes soal aturan rumah tapi ya, kayaknya nggak jalan juga. Arya paling jutek kalau Tristan telepon atau datang tiba-tiba.

Oh ya, jadi sempat Tristan ketemu Arya di rumah sakit ketika Arya mengantarkan Inggit yang demam karena hujan-hujanan. Satu dari beberapa hal yang membuat saya tidak bisa tidak geleng-geleng. Sebelumnya, Inggit dan Arya arguing. Terus Arya keluar rumah pas hujan-hujan, sepertinya butuh space. Inggit sempat kena hujan, terus dia masuk kembali. Beberapa saat kemudian, Arya masuk kamar. Kondisi pakaian agak basah. Entah bagaimana mungkin. Hujannya deras lho. Bajunya nggak basah kuyup. Kayak basah habis cuci mobil. Celananya kering. Dia ganti maju dan menemukan istrinya demam. Kena hujan yang nggak seberapa. Saya pikir kan karena dia nggak ganti baju terus langsung tidur. Ganti baju kok. Lalu Arya bawa ke rumah sakit. Karena Arya nggak pake masker, dia pun harus beli masker di apotek dan Inggit yang di kursi roda, dibawa ke UGD dan ketemu Tristan yang ber-APD. Gini, ya, Tristan posisinya sedang menangani pasien Covid, kok bisa tiba-tiba menangani pasien biasa? Semisal rumah sakit itu rujukan untuk pasien Covid, apa iya dokternya tidak dibedakan mana yang menangani Covid dan mana yang tidak? UGD-nya juga sepi amat, padahal kondisi pasien Covid sedang naik-naiknya.

Maaf ya, kalau saya terlalu kritis. Otaknya kebetulan kebawa.

Di momen itu, Arya dan Tristan tidak sempat ketemu. Soalnya Arya duduk tidak pas di ruang tempat pemeriksaan Inggit. Lagi pula dia pakai masker. Dan memang sengaja menghindar. Padahal kalau mereka berantem pasti seru. Tristan sempat mendengar Inggit menyebut-nyebut nama Arya. Tapi karena kurang peka, dia menganggap itu wajar. Hey, Tristan, Arya hanyalah mas-mas dosen yang mustahil ada di alam bawah sadar pacar ente kalau bukan karena ada sesuatu.

Kenyataannya, Tristan tidak kunjung curiga.  

Pernikahan ini akhirnya diketahui Iim, bestie-nya Inggit. Nanti nonton sendiri aja tahu dari mana. Itu pun entah berapa lama kemudian. Karena disuruh jaga rahasia, Iim juga nggak cerita ke teman-teman segengnya yang kebetulan ngumpul di rumah dia. Berlima tuh di rumah. Kayaknya nggak pulang-pulang. Nggak ditegur RT juga. Mungkin Iim ini anak sultan atau anak jenderal.

Tristan tanpa sengaja juga tahu soal pernikahan ini karena mendengar omongan tetangganya keluarganya Inggit pas nungguin jenazah bapaknya Inggit dibawa ambulans. Bisa-bisanya. Cuma dengar dari orang. Bukannya dia datang menemui Inggit langsung. Doski malah balik lagi ke Jakarta dan minta konfirmasi dari Iim.  

Dah sudah, ketahuanlah. Mau apa lagi coba? Ente ditinggal nikah, Bro.

Sisanya adalah proses penyelesaian hubungan 3 orang ini. Tepat seperti ramalan saya. Tidak banyak lika-liku kehidupan yang menghampiri pasangan baru nikah ini, selain soal mengakhiri hubungan sebelumnya dan membuka diri untuk hubungan yang baru.

Lagi-lagi, yang membuat saya betah nonton adalah kolaborasi Reza dan Prilly yang pas komposisinya. Mereka paham bagaimana membawakan peran mereka masing-masing. Body language, bahasa matanya, reaksi wajah semuanya tepat.

Previous Post Next Post

نموذج الاتصال