Sianida (2021); Motif Membunuh Mantan Pacar



Sianida adalah racun yang sering dipakai sebagai zat berbahaya untuk membunuh orang. Kalau dalam kisah-kisah fiktif kriminal, cara mengenali efek sianida adalah dari aroma almon yang tercium. Biasanya mulut korban juga akan berbusa. Kalau masih ingat kasus kopi Jessica, zat ini juga yang ditengarai menjadi penyebab kematian Mirna.

Serial Sianida, pertama, tidak ada kaitannya sama sekali dengan kasus kopi Jessica. Meskipun ya kalau dicari-cari, seperti ada mirip-miripnya. Hal ini juga ditegaskan pada disclaimer di awal pemutaran setiap episodenya. Bukti lainnya, tidak ada sosok mirip Ferdi Sambo di serial ini.

Kedua, serial ini adalah original series milik WeTV, yang mana dari 12 episodenya, 11 adalah berbayar. Jadi, hanya episode pertama yang bisa ditonton di Youtube secara legal di channel milik WeTV. Karena saya berbaik sangka bahwa episode kedua dan seterusnya akan lebih keren dari episode pertama khususnya setelah adegan seks malam Tahun Baru, saya pun langganan sebulan.

Sedikit mundur ke belakang, saya mulai tertarik nonton Sianida setelah nonton vt alias video TikTok yang muncul di FYP. FYP disusun dari algoritma, di mana algoritma merupakan hasil analisis sistem hal-hal yang sering dilihat seseorang. FYP memang saya biarkan random, apa saja lewat. Ketika kasus Brigadir J mencuat, saya cari info underground di TikTok. Ketika kasus kisruh Leslar mencuat, cari bahan gibah juga di TikTok. Kadang sekilas muncul BTS, padahal nggak pernah dicari. Atau muncullah orang-orang yang reaction-reaction yang kadang saya nggak paham konteksnya apa.

Kemungkinan vt itu nyangkut ke fyp saya karena benang merah Ferdi Sambo. Konon, kasus ini ditangani oleh Sambo dan Jessica Wongso divonis bersalah, entah memang bersalah atau dipaksa mengaku dan harus menjalani penjara 20 tahun.

Sianida bukan serial kriminal. Ini drama, walaupun, ada proses penyidikan yang berjalan, ada skandal, ada polisi, ada tahanan, ada penjara. Bukan juga serial LGBT, menurut hemat saya, karena, yah okelah episode pertama memang menyajikan adegan hot cukup panjang, dan jujur saya terpana dengan keluwesan dua aktrisnya di ranjang. Mungkin karena digas di awal, setelah itu sudah tidak ada lagi. Adegan mesra-mesra biasa yang yaaaaaahhhh sekadar ada aja.

Saya tidak menyalahkan akting para pemeran di serial ini. Mereka semuanya berusaha tampil memukau. Tapi, apa guna akting baik, sementara skenarionya tidak bagus ditambah sutradaranya tidak all out? Kalau pemainnya kebanyakan adalah aktor ternama layar lebar sekelas Samuel Rizal, Rio Dewanto, Djenar Maesa Ayu, Yurike Prastika, dan tentu Aghniny Haque yang jadi pemeran utama harus membawakan skenario sekelas sinetron, apa yang mau diharapkan? Film yang mencengangkan? Jangan mimpilah.

Skenario sekelas sinetron. Jangan sekelas drakor, lah, telenovela aja gimana? Hah.

Plot besar Sianida adalah seorang perempuan yang jauh-jauh datang dari Amerika Serikat untuk menemui mantan pacarnya di malam Tahun Baru dengan tujuan menghabiskan malam bersama karena mereka punya momen indah di pergantian tahun beberapa tahun silam, saat masih pacaran tentu saja, lalu besoknya dia dituduh membunuh si mantan pacar melalui racun yang dicampurkan ke kopi. Itu.

Begini lho, Jenny, si tokoh yang jauh-jauh datang dari Amerika, ente selama di Amerika apa tidak mencari cewek baru, sudah tahu ente itu di-ghosting sama Amel yang begajulan dan tiba-tiba menikah. Ente kan hidup di negara yang mana mau pacaran sama siapa juga nggak ada yang melarang.

Dan lagi, apa yang saya lihat ketika Jenny membuka pintu kamar 206, bukan sosok yang merepresentasikan orang yang lama tinggal di Amerika. Dan bagaimana mulainya ente ujuk-ujuk mengirim pesan kepada mantan ente yang jelas-jelas ada acara Tahun Baru keluarga minta ketemuan? Di hotel pula?

Ya, dari situlah mulainya.

Oke, sedikit soal pesta Tahun Baru yang diadakan di mansion milik orang tua Amel. Beberapa hal yang menurut hemat saya menggelikan. Ini saya sambil nonton ulang juga, siapa tahu ada yang kelewat. Adegan awal itu kan Amel dan David datang naik Rubicon. Ingat ya, R-U-B-I-C-O-N. Mobil yang tergolong macho, bukan limosin atau Audi atau apalah yang cocok untuk pasangan muda kaya raya. Btw, bajunya David kurang berkelas. Coraknya itu halah halah halah. Padahal tamu lain pakai tuksedo rapi lho. Mungkin dia ingin terkesan sporty. Tapi, Christiano Ronaldo kalau menghadiri acara resmi juga pakai kemeja polos dibalut tuksedo kok. Shah Rukh Khan juga.

Kemudian, ketika Amel minggat dari sana, dia naik mobil putih. Bukan taksi online, bukan numpang orang di jalan. Dia nyetir sendiri. Ente pulang ke rumah dulu apa gimana, Mpok? Ngambil di showroom? Kemudian, dengan kondisi jalanan macet—mengingat malam TAHUN BARU—nggak ada namanya macet di jalan. Itu hotel cuma seberang jalan doang apa gimana? Tidak ada proses di jalan, tiba-tiba sudah sampai di depan hotel tempat Jenny menginap. Entah bagaimana caranya dia sampai ke lantai 2. Hotel zaman sekarang kan sudah sistem kartu semua sampai lift segala ya. Ente naik tangga darurat, Mpok, keringatnya mana?

BAGAIMANA CARANYA ANDA SAMPAI KE LANTAI DUA, MBAAAAAAAAAAAK?

Sabar, sabar. Masih banyak hal membagongkan lain yang bisa ditulis. Saya bahas episode 1 doang kok. Kalau antum hadirin mau nonton lengkap sampai episode 12 ya silakan. Tolong pastikan tensi antum tidak melebihi batas aman lho. Saya tidak bertanggung jawab. Cuci tangan pokoknya.

Oke, anggap saja dia nunut tamu hotel yang kebetulan mau naik lift dan sama-sama mau ke lantai 2. Ya, bisa. Soalnya naik tangga darurat tidak mungkin, nanti bau keringat, kan rencananya mau langsung ngewe tanpa basa-basi. Emang udah lama ditahan sih.

Ingat ya, posisinya, Jenny ini baru datang dari negeri Uncle Sam. Eh, baru tiba apa nggak ya? Masa iya tidak jetlag? Masa langsung seks. Ngobrol-ngobrol dulu lah sambil mengenang masa lalu. Kasih oleh-oleh kek. Apa kek. Ayam KFC kek. Orang yang nonton kan jadi menganggap kalau pasangan lesbi isinya ngewe ae, padahal kan kan kan hayo lo mau ngomong ape?

Soal adegan ranjang Jenny-Amel memang lagi-lagi saya acungan jempol sih. Mahir sekali ya. Berapa lama itu latihannya? Dari 1 sampai 10, saya kasih 8,5 deh. Sangat meyakinkan penonton kalau mereka ini pernah ada hubungan. Hanya ini yang dengan senang hati saya puji. Kapan mereka main sebagai pasangan lesbi lagi?  Saya tunggu lho comeback-nya. Musik ketika mereka akan ngewe, udah khas sekali musik bokep. Dengerin deh. Memang sengaja membangun suasana. Sayangnya, musik ketika di mansion milik orang tua Amel sama sekali nggak kedengaran. Musik apa yang sedang dimainkan DJ? Volume HP sampai saya naikin terus lho, nggak ada musiknya. Apa takut nutupin suara dialog? Lah film lain bisa tuh dalam keriuhan tetap ada musik dan dialog.

Oh ya, jadi Amel itu tipe anak orang kaya yang rebel. Itu karakternya. Kalau kebanyakan minum, suka rusuh walaupun definisi rusuhnya juga agak kurang jelas. Kan ada tuh karena alasan mabok, terus grepe-grepe, atau blackout. Nah, ketika Amel mau minum martini atau apalah, teman-temannya langsung kayak ngelarang gitu tapi berlebihan. Lah. Emang satu sesapan langsung mabora? Kayaknya cupu amat. Anehnya setelah itu dia masih menyetir sendiri ke hotel. Turun dari mobil juga ngga sempoyongan kok. Sangat sadar dan bernafsu.

Lanjut.

Amel lalu mengetuk pintu kamar 206. Jenny membuka pintu. Hanya mengenakan jubah tidur. Sudah ready to ngewe mantan pacar. Dan pasti akan ngewe sembari menunggu tahun berganti. Baru pintu ditutup langsung sikat. Asyik sih memang. Jarang-jarang lho serial negeri tercinta Indonesia memamerkan adegan panas pasangan lesbi. Kapan coba terakhir? Bukan yang level ciuman ya. Tapi yang ultimate.

Selanjutnya dua adegan diselang-seling terjadi dalam satu waktu. Pertama, adegan ngewe antara Jenny dan Amel. Kedua, adegan David mencari Amel. Soal adegan ngewe, tolong logika jangan sampai tumpul. Itu Amel yang awalnya pake gaun terusan warna merah, kenapa bisa ganti baju lain warna hitam? Terus, Jenny yang saya pikir hanya pakai jubah tidur, ternyata, masih pake baju. Adegan ini dari sisi kontinuitasnya udah berantakan. Meskipun masih bisa dinikmati asal tidak pakai mikir.

Seharusnya memang cukup dinikmati saja, tidak usah dipikirkan.

Termasuk tidak usah memikirkan mengapa setelah beberapa lama (jika mempertimbangkan lama perjalanan Amel ke hotel) David baru tergerak mencari istrinya. Padahal, di pesta itu David juga tidak ketemu siapa-siapa.

Bapaknya Amel juga bilang begini, pesta ini dibuat untuk relasi. Tetapi nggak ada tuh adegan si bapaknya Amel ketemu siapa kek, yang sekiranya bisa merepresentasikan relasi bisnisnya. Nggak membaur dengan tamu juga. Kan janggal ya?

Besok harinya, si Amel sama Jenny sarapan. Padahal kan bisa ya order sarapan ke kamar biar abis itu bisa lanjut ngewe lagi. Itu jelas maunya penonton. Tapi mereka turun sarapan bareng, malah bertengkar karena cemburu. Mulailah rasa-rasa sinetron itu menguat.

Ini baru jalan 17 menit. Masih mau lanjut? Masih kuat?

Oke, jadi mereka belum sempat makan terus balik ke kamar.  Pembahasan mereka beralih ke soal teman mereka yang salah nyalain kembang api. Terus mesra-mesraan tapi ya seadanya sebelum Amel kembali ke rumahnya. Amel ketemu sama suaminya yang biasa aja melihat istri semalaman hilang dan pulang pakai baju orang lain.

Setelah itu adegan kafe. Jenny mesenin minum untuk teman-temannya. Bukannya mesen minum untuk diri sendiri. Padahal bisa aja mereka datang telah sehingga minumannya udah nggak enak diminum lagi.

Teman-temannya datang. Amel nerima telepon entah dari siapa sampai jauh bener jalannya. Nggak lama kemudian dia kembali. Dia nggak cerita apa-apa ke Jenny. Sempat ada obrolan juga soal Jenny yang bakalan tinggal permanen di Amerika. Alasannya jelas, patah hati. Dan itu wajar sih. Lalu Amel minum kopinya dan doski pun memperlihatkan tanda-tanda keracunan dan jatuh dari tempat duduk. Tak sadarkan diri.

Nah barulah muncul polisi. Jangan terlalu ekspektasi tinggi kalau polisinya bakalan secanggih di serial luar negeri ya. Seorang polisi senior bisa langsung mengatakan serangan jantung tanpa pemeriksaan terlebih dahulu? No, no, no. Polisi detektif yang ditugaskan untuk memeriksa kasus ini usianya masih muda. Dari postur badan udah pas. Ada satu lagi petugas polisi perempuan yang diminta menyelidiki kasus ini. Polisi baru. Bapaknya juga dulu polisi. Tapi dia tidak berkoordinasi sama polisi yang tadi. Kan aneh. Di mana-mana kan dijadikan tandem ya. Masak jalan sendiri-sendiri?

Dan di akhir episode pertama, ditutup dengan kabar bahwa Amel meninggal.

Hmm. Tarik napas. Buang sampah. Tarik napas. Buang muka. Mungkin saya bukan satu-satunya yang merasa antara menyesal dan sudah kesal menonton serial ini. Gatel rasanya pengen ngedit skenarionya. Ada banyak bagian yang saya pengen potong untuk membuat serial ini lebih efektif. Nggak masalah ada dramanya, tapi jangan too much wasting time. Dan tolonglah, masak iya ketika episode ini di-preview tidak ada yang merasa janggal dan mempertanyakan? Banyak lho serial yang pemainnya tidak begitu banyak tapi jalan ceritanya memuaskan penonton. Yang dikemas dengan lebih sederhana tanpa bujet berlimpah. Ayolah.

Lanjut episode 2 nggak nih? Nggak usah lah ya. Nonton yang lain aja.  
Previous Post Next Post

نموذج الاتصال