Ini tulisan terakhir saya untuk tahun 2022. Mumpung dapat konten yang bisa ditulis, jadi punya alasan meluangkan sedikit waktu membuat postingan baru secara domainnya baru diperpanjang. Semakin ke sini, nulis blog memang seperti antar perlu atau tidak. Dengan masifnya TikTok, semua hal ada di sana, siapa yang perlu tulisan panjang. Siapa? Hanya orang-orang berumur yang masih susah beradaptasi dengan zaman. Saya, misalnya. Saya main TikTok sih, tapi ada hal-hal yang butuh detail. TikTok memangkas detail. Meringkasnya hingga demikian rupa sehingga informasi semakin banyak yang dihasilkan, sementara otak manusia ada batasnya.
Saya tadi pagi baru saja mengurus perpanjangan SIM. Saya kapok, jujur, ketika 5 tahun lalu telat perpanjang akhirnya harus bikin baru, harus ujian lagi—ujian praktik keparat sampai 9 kali baru lulus itu. Dari dua bulan lalu, saya sudah menjadwalkan di kalender HP, bahkan bulan lalu saya sudah ke Polresta Yogya siapa tahu bisa perpanjang lebih dari 14 sebelum masanya habis.
Ternyata tidak bisa. Kecuali pembuatan secara online. Itu
bisa 3 bulan sebelum SIM habis. Tapi ribet dan sistemnya sering dikeluhkan eror
oleh pengguna yang ujung-ujungnya disuruh datang ke satpas juga.
Saya ini warga Bantul, tapi untuk urusan kendaraan selalu di
Kota Yogya. Lebih dekat, lagi pula entah kenapa tiap kali ke pusat Kota Bantul,
saya nyasar terus saking jarangnya ke sana. Hitungannya hanya numpang KTP
doang.
Oke, saya mau berikan tips anti ribet dan tanpa calo untuk perpanjang KTP di tahun 2023,
khusus untuk yang mengurus via Polresta Yogyakarta. Kalau di regional lain,
saya malas riset. Di sini boleh juga kok untuk SIM dari luar daerah.
Pertama, daftar online dulu di https://antrian.polresjogja.com
seminggu sebelumnya. Kalau mau dapat antrean awal, JANGAN PERNAH daftar di hari
yang sama. Bisa-bisa dapat nomor antrean puluhan nanti dan entah selesai jam
berapa. Saya dapat nomor antrean 2 yang diharuskan datang pukul 08.00 ke satpas.
Kedua, kalau belum punya surat keterangan sehat dan surat
hasil tes psikologi, stand by 30 menit sebelumnya. Tempat pengambilan surat
sehat dan tes psikologi terletak di seberang satpas. Untuk surat kesehatan, siapkan
bukti nomor antrean (saya print karena di kantor kan bisa gratis) karena nanti
petugas di depan pintu akan menanyakan. Dia akan mengatur orang yang datang supaya
yang jadwal pukul 08.00 mengantre duluan. Siapkan fotokopi E-KTP dan SIM.
Siapkan 2 lembar. Lebih boleh, kurang jangan. Pemeriksaan kesehatan katanya,
tapi cuma cek tensi dan tes buta warna. Saya belum pernah dengar kasus, kalau hipertensi
atau hipotensi apakah tetap akan dikasih surat sehat atau tidak. Begitu juga
buta warna. Biaya tesnya 25.000. Siapkan uang pas.
Untuk tes psikologi dilakukan di tempat lain, hanya selisih
2 bangunan kalau tidak salah. Saya sudah punya sertifikat tes dari ePPsi yang itu tarifnya hanya 37.500
dengan tes yang jauh lebih kompleks ketimbang 30 pertanyaan tes offline dan
ditarif 50.000. Sebenarnya, di bagian informasi satpas, petugasnya mengatakan
bahwa sertifikat saya bisa digunakan asal yang pendaftaran online dibatalkan
dulu, bisa diurus di sana tapi petugasnya itu bla bla bla entah apalah dia
bilang sehingga ya sudah, saya mending tes lagi aja. Dan tesnya tidak ada mikir-mikirnya
sama sekali kok. Saya justru yang bertanya-tanya, buat apa sih ini sebenarnya
selain mengumpulkan dana masy.......
Ketiga, kembali ke satpas, kasih berkas ke petugas
pendaftaran, berkas diperiksa, kasih SIM asli, isi formulir, bayar 75.000 ke
loket BRI, kasih berkas ke petugas, lalu dikasih nomor antrean pendaftaran.
Ajaibnya, meskipun masih terbilang pagi, saya dapat antrean foto 44. Dan rasanya
lama sekali menunggu itu.
Keempat, nomor antrean saya akhirnya dipanggil, foto tanpa
masker dan kacamata, rekam sidik jari.
Kelima, menunggu SIM jadi. Ini paling cuma 10 menit.
Sudah selesai. Jadilah SIM C saya untuk 5 tahun ke depan.
Dengan desain SIM yang lebih baru, lebih ringkas dan foto yang sangat tidak
estetik. Saya tidak tahu untuk yang bikin SIM online apakah fotonya jauh lebih
bagus karena bikin sendiri, atau sama saja dengan yang bikin di satpas walaupun
kameranya terlihat mahal karena berukuran besar tapi hasilnya tetap saja
minimal.
Yang saya perhatikan, info soal daftar antrean online memang kurang, jadi orang-orang ada yang bingung dan harus tanya kanan-kiri. Kecuali
memang sempat buka-buka web https://www.polresjogja.com.
Di situ langsung diarahkan ke link yang pertama tadi.
Kemudian, soal tes psikologi online dan offline dibuat
sangat berbeda, itu pertanyaan menggelitik bagi saya. Kenapa yang online dibuat sedemikian
rumit sementara yang offline terasa semacam formalitas tapi LEBIH MAHAL ya?
Kira-kira orang yang sekolahnya sampai SD, apa sanggup menyelesaikan soal tes
online yang bertubi-tubi itu? Saya saja di beberapa soal sampai kehabisan waktu—secara
saya kan memang tolol sih—dan skip begitu saja. Ini sangat WHY. Dan kenapa
dengan soal-soal tes online semacam itu dan sudah dinyatakan lolos, tapi
dibikin ribet untuk bisa dijadikan acuan tes psikologi yang offline? Apa polisi tidak percaya dengan ePPsi? Padahal penyelenggaranya sama-sama psikolog juga. Apa
ada bisnis yang terusik?
Entahlah.