Sejak tayang di Netflix, cuplikan maupun review In the Name
of God menjadi FYP di Tiktok saya. Sebuah seri dokumenter yang membongkar 4
sekte sesat di Korea. Tentu saja mustahil sekte dari agama saya yang tidak
mengakui adanya sekte. Pokoknya beda dikit dari Islam, adalah bukan Islam. Saya
rasa, itu yang membuat betapa susahnya menumbuhkan ajaran menyimpang Islam.
Di Kristen, yang seperti ini sebaliknya, gampang sekali
tumbuh dan berkembang. Jumlah jemaat dan gerejanya banyak. Sekte-sekte yang
dibahas di In the Name of God, bukan yang pertama kali saya tahu. Di Amerika, saya
pernah tahu yang cukup terkenal, Children of God (CoG). Mereka membentuk
komunitas sendiri. Tinggal bersama seperti keluarga. Si pemimpin sekte tersebut
bisa berhubungan seksual dengan jemaatnya bahkan punya anak. Dan sesama jemaat
juga demikian. Jadi perkara nasab nih sudah wow sekali.
Sekte yang dibahas di 3 episode pertama seri ini adalah JMS
alias Jesus Morning star yang dibentuk oleh Jeong Myeong Seok (disingkat JMS
juga). Saya hanya nonton yang ini, sisanya malas. Itu pun sudah saya
tahan-tahan supaya nonton sampai selesai demi … KONTEN.
Sebelum menonton, saya sudah menonton beberapa pembahasan
dari Youtuber yang kurang lebih bernada sama, perbuatan JMS itu menjijikkan. Saya
tambahan dah: cabul, tidak tahu diri, sok iyes lo, sakit jiwa, ga ada otak, dan
sebagainya.
Satu episode itu durasinya 50-an menit. Dari awal, saya
sudah dihidangkan dengan kelakuan cabul kakek jahanam ini sedari di baru membentuk
sekte ini sampai tahun 2022. Dan kalau di CoG, seks yang terjadi dilakukan
secara consent. Atas persetujuan. Di JMS, si Kakek JMS adalah pelaku pemerkosaan
terhadap jemaat-jemaat wanita, yang dia pilih berdasar tinggi badan yaitu 170
cm, bertubuh idal. Buat anggota pendek, tidak diincar sama dia.
Kenapa bisa dia melakukan itu? Kenapa bisa seorang pria lulusan
SD melakukan itu?
Ini sayangnya nggak dibahas dan jangan harap kita bisa tahu
langsung dari mulut si kakek ini, motif dia sebenarnya apa. Karena dia bahkan
selalu menyangkal perbuatannya. Apakah target bisa memperkosa 10.000 wanita itu
akan membuatnya bisa terbang atau bisa menghilang atau bisa tinggal di bulan
atau gimana. Dokumenter ini hanya menampilkan wawancara dengan media yang
berusaha membongkar kedok Kakek JMS, mantan pengacara Kakek JMS, dosen yang juga gedek
banget sana Kakek JMS, dan tentu saja wanita-wanita korban Kakek JMS yang bikin ngilu dan
bawaannya pengen ke dukun buat ngirim santet ulti ke JMS.
Saya mulai bahas nggak sesuai adegan demi adegan di series
ini karena flash-forward, forward dari penurutan salah satu korban bernama
Maple. Di episode ketiga, gadis 28 tahun asal Hongkong ini sempat
mempertanyakan apakah dirinya korban ataukah pelaku karena dia termasuk “lingkaran”
yang melindungi kelakuan bejat Kakek JMS. Tapi, saya sebut dia murni sebagai korban
dengan melihat latar belakang dia ketika bergabung dengan JMS adalah kondisi
psikologisnya sedang guncang. Itu nanti nonton sendiri saja.
Sekte laknat ini dimulai dari tahun 1980 di Korea—Selatan—pastinya.
Anggotanya banyak berasal dari kalangan mahasiswa dari sejumlah kampus ternama,
di mana mereka mengatakan kurang cocok sama ajaran Kristen yang kaku. Maunya
yang sesuai sama pikiran mereka, yang liberal gitulah, yang open minded.
Gayung pun bersambut. Perlahan-lahan JMS mulai menambah anggota, aktivitas
mereka pun ya terlihat sekali sangat sejalan dengan semangat gejolak kawula
muda. Acara seni itu adalah kesenangan mereka. Kakek JMS hadir di acara-acara seperti
itu. Dia dengan entah karisma atau pesona atau susuk apalah yang dia pake, bisa
dikelilingi oleh jemaat-jemaat wanita yang semampai-semampai dan muda dan
berpakaian seksi. Padahal dia selalu mendoktrin jemaatnya bahwa dia adalah
Tuhan dan Messiah. Maaf, karena ini bukan agama saya, saya kurang paham mengenai
pemahaman Tuhan dan Messiah itu sama atau bukan. Yang pasti, kadang Kakek JSM menyebut
dirinya Tuhan, kadang Messiah. Pengikutnya tidak ada satu pun yang menolak
doktrinasi tersebut.
Jangan pikir bahwa dia akan menjaga jarak dengan wanita,
sebagaimana dilakukan oleh pemuka agama pada umumnya demi menghindari yang
tidak-tidak. Namanya juga manusia kan bisa khilaf. Dia sangat berdekatan bahkan
tanpa rasa canggung. Dengan bacotannya bahwa dia adalah representasi Tuhan, dia
bisa dengan leluasa, menggrepe-grepe vagina jemaatnya untuk tujuan pemeriksaan
kesehatan, katanya. Misal juga, ada anggotanya yang mengaku, dia mau ikut
semacam ajang Miss Korea gitu dan minta restu Kakek JMS. Sama Kakek JMS, itu disuruh buka
stoking dan digrepe vaginanya buat ngecek apakah dia sehat atau tidak.
Lagi-lagi saya tekankan, tidak semua jemaat wanita dibegitukan
ya. Kalau sudah nenek-nenek, ya dia bertingkah biasa, mendoakan supaya sembuh
dari penyakitnya, supaya umur panjang dan sebagainya. Sangat normal sebagaimana
pendeta. Sama laki-laki dia juga nggak nggak ada keinginan grepe-grepe.
Kelakuan hina-dinanya Kakek JMS tertutupi selama
bertahun-tahun karena beberapa faktor. Pertama, korbannya tidak berani
bersuara. Korbannya takut untuk bicara. Ada juga yang berada di bawah pengaruh
cuci otak Kakek JMS yang mengatakan bahwa mereka adalah mempelai Tuhan, sehingga
mereka milik Tuhan. Tidak boleh disentuh pria lain mana pun. Saya cukup heran,
saya sama sekali tidak melihat ada keterlibatan obat-obatan terlarang dalam kasus
ini. Mereka tidak dalam pengaruh obat apa pun. Bener-bener Kakek JMS punya metode
yang teramat misterius.
Kedua, ketika ada orang yang berniat membuka rahasia Kakek JMS,
pengikutnya akan bertindak. Mulai dari mengancam sampai melukai. Belum ada yang
sampai dibunuh sih. Ada yang bapaknya dipukuli sampai mukanya rusak. Maple pun
ketika akan terlibat dalam pembuatan dokumenter ini, dia dibuntuti. Untungnya
tidak sampai dilukai ya. Psikisnya saja sudah sangat terluka oleh Kakek JMS
soalnya. Maple ini salah satu sumber yang sangat penting. Dia punya rekaman
suara ketika Kakek JMS memperkosa dia entah berapa kali di suatu malam. Di saat Maple
sedang demam. Itu bukti yang dia izinkan untuk dirilis pada 2022.
Ketiga, banyak pengikut JMS yang ada di lingkungan hukum,
entah polisi atau jaksa. Terbukti, dengan perbuatan semenghebohkan itu, dengan
adanya korban yang sampai bunuh diri, dia hanya mendapat hukuman 10 tahun
penjara dari 2008–2018.
Keempat, ada big money dalam JMS. Entah uang siapa yang
menyokong semua aktivitas JMS. Keterangan tentang hal ini juga tidak ada dalam dokumenternya.
Dari mana asal uang JMS, siapa orang-orang besar yang ada dalam JMS. Siapa saja
bekingannya. Masih sangat gelap. Semoga di season kedua ada jawabannya ya. Seri
yang ini masih menyisakan banyak sekali pertanyaan soalnya.
JMS itu bukan sekte yang hanya menjangkau area dalam Korea Selatan.
Wilayah penyebarannya ada di dokumenter ini, sampai Australia pun ada, yang juga
menjadi korban, yang mana dia orang Australia tidak bisa berbahasa Korea. Kakek JMS
pernah melarikan diri ke Hong Kong dan bermarkas di sana. Dia selalu mencari
tempat bermarkas di area yang sulit dijangkau dan terisolasi. Kalau tidak ada
support dana dari sebuah pihak, mana bisa dia mendapatkan mansion mewah seperti
itu?
Media mulai berusaha mengekspos kebobrokan JMS ini sekaligus
membawa polisi untuk menangkap Kakek JMS. Si Kakek mengatakan kepada
pengikutnya bahwa ini adalah cobaan dari Tuhan untuk mengangkatnya ke level
yang lebih tinggi. Ini seperti ketika dulu Yesus mengorbankan dirinya disalib.
Gelang pelacak yang dipasang di kakinya udah serupa tiang salib.
Kenapa orang nggak murka dengan penistaan macam gini ya? Saya
aja emosi lho ini.
Kakek JMS pun dipenjara selama 10 tahun. Selama dalam
penjara, karena tidak bisa melampiaskan hasrat, dia hanya bisa melihat video
maupun foto-foto seksi kiriman jemaatnya. Selama itu dia hanya bisa puas main
dengan jari sendiri.
Hubungan dengan jemaatnya tidak putus begitu saja. Pengikut
setianya masih menunggu. Termasuk Maple. Betapa besar pengaruh cuci otak Kakek
JMS kepada Maple ditunjukkan ketika dia melambaikan kain pel dan dilihat Kakek JMS.
Maple tidak sadar, dia akan menjadi korban berikutnya begitu si kakek keluar
dari penjara.
Maple adalah kunci penting untuk menjebloskan kembali
Kakek JMS ke penjara. Dia datang dari Hong Kong ke Korea untuk menghadiri
konferensi pers. Sempat hampir tertunda karena kondisi kesehatannya, tapi
akhirnya dia bisa mengungkapkan apa yang dia alami. Dia kemudian di lain
kesempatan mengungkapkan dengan rinci bagaimana ketika dia yang seorang
penginjil berwajah cantik dan menarik, tampil di hadapan Kakek JMS yang baru
bebas dari penjara, lalu duduk bersebelahan dengan si Kakek di mobil golf,
bagaimana ketika dipanggil menghadap lalu digrepe. Di lain waktu diperkosa. Dan
berulang-ulang. Dia mulai depresi dan menyilet-nyilet tangannya, mau bunuh
diri, dan akhirnya keluar dari JMS. Itu klimaksnya.
Hingga saat ini, Kakek JMS tidak menikah. Tidak ada juga dalam
dokumenter ini yang menunjukkan apakah Kakek JMS punya kekasih. Dia hanya memperkosa,
memperkosa, memperkosa, dan memperkosa tanpa tujuan yang jelas. Dia pun—dari pengakuan
para korban—tidak pernah bersikap romantis atau pake foreplay terlebih dahulu.
Paling hanya mencatut nama Tuhan untuk memuluskan niatnya. Dia memang hanya
ingin berbuat sesuai keinginannya. Sementara para korbannya berusaha mencintai
dia sebagaimana hamba mencintai Tuhannya.
Kebebasan beragama di Korea satu sisi memang mungkin sesuai dengan kultur orang sana, tapi jadinya yang ngeri-ngeri kayak gini jadi sulit dibasmi sampai akar-akarnya. Akhirnya, korbannya sangat banyak dan miris. Inilah sisi gelap Korea yang kita pun perlu tahu.