Premis film ini adalah bertemu kembali dengan mantan pacar setelah 10 tahun putus. Payamkumbuah eh sederhana, dan tidak bikin mikir apa pesan di balik film ini. Setting ceritanya diawali pada malam tahun baru 2015. Berkumpullah sejumlah remaja di sebuah pesta menunggu pergantian tahun, termasuk Maggie. Dia gelisah nungguin seseorang muncul dari balik pintu. Lalu muncullah Jules aka Julianne tidak lama kemudian lalu mereka mesra-mesraan di kamar. Lagi asyik-asyikan tuh, lalu ada yang mengetuk pintu, nyariin kamar mandi kebelet pipis. Itu teman mereka berdua. Si temannya itu nyadar kalau Maggie sedang bersama seseorang. Tapi Maggie tidak berani menyebut nama Jules.
Ya, Jules ngambek lah. Udah gila apa ya. Dua tahun pacaran masih juga diumpetin dari orang-orang. Yang tahu hubungan mereka hanya teman dekat. Ego kesenggol, amarah bertindak. Jules minta putus. Maggie kaget, lah. Wong masih saling cinta dan mereka sudah punya rencana mau kuliah bareng ke Los Angeles kok. Namanya juga anak muda, Jules yang merasa sudah capek dengan kepura-puraan Maggie selama ini, memutuskan hubungan secara sepihak dan dia mengatakan akan melanjutkan hidupnya ke New York.
Time flies.
Sepuluh tahun kemudian, Maggie balik dari LA punya karier akting. Jules balik dari New York, punya karier sebagai chef dan bikin buku masak yang laris. Mereka kembali ke kota kelahiran mereka yang merupakan kota kecil, di mana sebuah kabar bisa menyebar secepat virus dan hampir semua orang saling kenal.
Dua orang ini ketemu lagi. Dengan kedewasaannya masing-masing. Lebih mature. Maggie terlihat jelas berusaha menghindari pertemuannya dengan Jules. Sementara Jules mah santai-santai aja, tapi dalam hati berdebar juga jantungnya. Bagaimanapun kisah cinta mereka di masa lalu selesai tanpa mereka kehendaki. Maggie sering mendapat panggilan telepon dari mantannya yang bernama Vivian, tapi tidak sekalipun dia jawab. Jules statusnya masih jomblo karena selama di New York, dia memang fokus kerja sebagai chef. Di kota itu, ibunya Jules punya restoran di mana orang-orang sering ke sana. Tipe restoran yang homy.
Dinginnya musim rupanya tidak membuat hati mereka beku,
malah suasana kekakuan di antara mereka makin cair dari momen-momen tak terduga,
salah satunya ketika mereka—karena kecerobohan Maggie—terkunci di gudang. Dalam
ruangan di mana mereka kesulitan menghubungi siapa pun, mereka membicarakan
perihal masa lalu. Termasuk Jules mengungkit kembali bagaimana Maggie berusaha menyembunyikan seseorang
yang dia cintai dari orang lain karena dia adalah si populer di sekolah. Rupanya yang
mereka butuhkan adalah membahas itu hingga tuntas.
Tapi, tapi, tapi, ceritanya tidak berakhir di sana. Maggie rupanya tidak hanya dihadapkan oleh satu mantan pacar, tapi dua. Satu yang kembali bikin berbunga-bunga, satunya mantan yang masih anget-angetnya. Nah si mantan pacar yang bernama Vivian adalah seorang musisi yang cukup terkenal. Dia datang tiba-tiba selain karena teleponnya selalu diabaikan Maggie, rupanya juga ngajak balikan. Setali tiga uang sama si Jules. Dan bangkenya, hanya karena ketika Jules tiba-tiba nggak jadi datang sewaktu mereka mau kencan nonton di bioskop, Maggie menerima Vivian. Tidak hanya itu, Vivian juga mengajak Maggie ikut dia tur musiknya dia.
Ke manakah Jules? Ibunya kena serangan jantung ringan dan dibawa ke rumah sakit. Sampai lupa untuk mengabari Maggie. Jules emang sesayang itu sama ibunya. Dia juga tidak tega ibunya sendirian saja mengurus bisnis restoran mereka. Ibunya disuruh nikah lagi juga ada aja alasannya. Kan si Jules khawatir ya. Kalau ada apa-apa gimana? Tapi ya, orang tua kan bawaannya tidak mau merepotkan anak. Apalagi Jules sangat serius meniti kariernya di New York. Restoran tempatnya bekerja bukan restoran kecil seperti milik orang tuanya.
Kabar kehadiran Vivian sebagai mantannya Maggie rupanya terdengar sampai ke telinga Jules, dan banyak orang lainnya. Namanya juga kota kecil. Jules lagi-lagi tidak merasa hal itu mengganggunya, mungkin karena insting. Dia tahu Maggie masih cinta. Tapi, mungkin yang Jules juga perlu paham, bahwa Maggie tipe orang yang gampang move on. Mantannya banyak. Tipikal orang populer kan gitu ya. Hanya karena Jules tidak datang di kencan mereka dan tidak memberi kabar padahal itu karena ibunya mendadak sakit, Maggie enteng aja balikan lagi sama mantannya yang lain, yang lebih terkenal, punya karier musik bagus.
Di dunia nyata, orang kayak Maggie tidak sedikit. Cinta bisa jadi nomor kesekian apabila popularitas sudah menempati peringkat ke atas dalam hal prioritas. Orang semacam Jules juga banyak, yang percaya dengan kekuatan cinta. Apalagi yang semacam Vivian, yang dengan karier bagus, mau dapetin siapa aja gampang.
Urusan sama mantan pacar memang bisa lebih rumit dari memulai hubungan baru. Mungkin itu ya alasannya Taylor Swift punya lagu We Are Never Ever Getting Back Together.