ChatGPT
bukan barang baru hari ini. Jadi menurut si ChatGPT—saya nanya langsung ke yang
bersangkutan—dia itu sejak tahun 2018. Ini jawaban dia yang saya copy-paste apa
adanya.
ChatGPT pertama kali diperkenalkan oleh OpenAI pada **30 November 2022** dengan peluncuran ChatGPT (berbasis GPT-3.5). Namun, model GPT sendiri sudah dikembangkan sejak beberapa tahun sebelumnya:
- **2018**: OpenAI merilis **GPT-1**, model pertama dalam seri Generative Pre-trained Transformer (GPT).
- **2019**: OpenAI meluncurkan **GPT-2**, yang jauh lebih canggih dan mampu menghasilkan teks yang lebih koheren.
- **2020**: **GPT-3** diperkenalkan, dengan peningkatan besar dalam skala dan kemampuan pemrosesan bahasa alami.
- **2022**: **ChatGPT** dirilis, menggunakan model berbasis GPT-3.5, dan menjadi viral karena kemampuannya dalam percakapan interaktif.
- **2023**: OpenAI merilis **GPT-4**, yang lebih canggih dan digunakan dalam versi premium ChatGPT Plus.
Jadi, meskipun teknologi di balik ChatGPT berkembang sejak lama, versi ChatGPT yang pertama kali bisa digunakan publik muncul pada akhir 2022.
Paham
kan, apa yang saya maksud apa adanya? Tidak ada perubahan sama sekali. Ini
adalah bahasa “resmi” ChatGPT, sangat identik dengan adanya tanda 2 bintang “**”
di setiap jawabannya, apabila itu adalah jawaban dari pertanyaan standar atau
pertanyaan yang tidak butuh kalimat panjang. Contohnya kalau saya minta
dibuatkan kerangka tulisan untuk buku bertema korelasi perdukunan dengan dunia
hiburan tanah air. Dia akan memberi jawaban dengan rancangan per bab dan subbab.
Berikut kerangka tulisan untuk buku bertema **Korelasi Perdukunan dengan Dunia Hiburan Tanah Air**:
### **Judul Sementara**: *Dukun, Kamera, Aksi! Menyingkap Peran Perdukunan dalam Dunia Hiburan Indonesia*
---
### **Pendahuluan**
- Latar belakang fenomena perdukunan dalam industri hiburan.
- Mengapa isu ini menarik dan relevan untuk dibahas?
- Gambaran umum keterlibatan praktik supranatural di dunia hiburan.
---
### **Bab 1: Sejarah Perdukunan dalam Masyarakat Indonesia**
- Peran dukun dalam kehidupan sosial dan budaya sejak zaman dahulu.
- Kepercayaan masyarakat terhadap ilmu gaib dan pengaruhnya dalam berbagai aspek kehidupan.
- Perubahan persepsi terhadap perdukunan dari masa ke masa.
---
### **Bab 2: Dunia Hiburan dan Mitos Kesuksesan**
- Bagaimana industri hiburan di Indonesia berkembang?
- Persaingan ketat dan faktor keberuntungan dalam dunia hiburan.
- Mitos-mitos seputar cara meraih ketenaran di dunia hiburan.
---
### **Bab 3: Perdukunan dan Karier Selebriti**
- Kasus-kasus selebriti yang dikaitkan dengan praktik perdukunan.
- Kesaksian dari mereka yang pernah terlibat atau mengaku mengetahui praktik ini.
- Peran paranormal dalam membangun atau menghancurkan karier selebriti.
---
### **Bab 4: Ritual, Pesugihan, dan "Ilmu Panggung"**
- Jenis-jenis ritual yang sering dikaitkan dengan dunia hiburan.
- Konsep pesugihan dan kepercayaan bahwa kesuksesan bisa "dibeli" dengan cara mistis.
- "Ilmu panggung" sebagai bentuk spiritualitas atau sekadar sugesti?
---
### **Bab 5: Dunia Hiburan, Hoaks, dan Sensasi**
- Sejauh mana isu perdukunan dimanfaatkan sebagai strategi pemasaran?
- Peran media dalam membesar-besarkan isu mistis.
- Studi kasus: kontroversi dukun artis di era media sosial.
---
### **Bab 6: Perspektif Agama dan Psikologi**
- Pandangan agama terhadap praktik perdukunan dalam dunia hiburan.
- Penjelasan psikologis tentang mengapa banyak orang percaya pada dukun.
- Efek psikologis pada selebriti yang terlibat dalam praktik perdukunan.
---
### **Bab 7: Antara Realitas dan Mitos**
- Apakah benar perdukunan berperan besar dalam dunia hiburan, atau hanya sekadar mitos?
- Kisah sukses artis tanpa keterlibatan unsur mistis.
- Bagaimana seharusnya masyarakat menyikapi isu ini?
---
atGPT
### **Penutup**
- Kesimpulan dari pembahasan dalam buku.
- Refleksi terhadap dunia hiburan dan peran perdukunan.
- Pesan bagi pembaca untuk lebih kritis terhadap fenomena ini.
---
Secara
sekilas, usulan AI ini kelihatannya solid dan bisa dipakai. Tapi, biasakanlah untuk kritis. Mesin ini sangat bisa diajak berdiskusi, misalnya untuk mengubah
salah satu bab dengan hal lain. Kalau manusia butuh lebih dari satu jam untuk
memikirkan jawabannya, maka AI, kalau masih dalam hitungan receh, dia akan
cepat menjawab.
Kenapa
saya bisa bilang begitu, karena dia saya libatkan untuk proses penulisan isi buku di
mana saya butuh banyak informasi atau saya butuh sejumlah teks pendukung untuk
diterjemahkan, dia bukan hanya melambat, tetapi juga error.
Apakah
saya curang dengan menggunakan ChatGPT saat menulis? Kalau saya mau curang,
saya bisa melakukannya dan proses menulis saya akan bisa sangat kilat. Saya
bisa cepat kaya dengan memanfaatkan ChatGPT yang tidak mungkin akan mengadukan
saya ke polisi.
But
hey, tidak begitu mental seorang penulis. Ketika saya bertanya tentang sesuatu
lalu ChatGPT—yang gara-gara menonton podcast Ferry Irwandi dan Raditya Dika saya
namai Emily (which is come from Emily Armstrong si vokalis Linkin Park)—memberikan
jawaban, saya harus melakukan pengecekan di sumber lain. Nah, karena tadi saya
nyebut Emily, ada satu hal lucu yang ya ini bukti bahwa AI itu butuh kita bantu
update.
Jadi
saya waktu tahu kalau Linkin Park akan comeback dengan vokalis baru, saya mau
tahu soal si Emily. Saya lalu tanya ke ChatGPT, tahu jawaban dia apa? Bahwa
yang dia tahu vokalisnya adalah Chester saja. Baca ini.
Siapa emily amstrong vokalis linkin park
Sepertinya ada sedikit kebingungan di sini. Emily Amstrong bukanlah vokalis dari Linkin Park. Vokalis terkenal dari Linkin Park adalah Chester Bennington, yang bergabung dengan band tersebut pada tahun 1999 dan dikenal luas karena suaranya yang penuh emosi dan enerjik. Selain Chester, Mike Shinoda juga berperan sebagai vokalis dan rapper dalam band ini.
Emily Armstrong adalah vokalis dari band lain yang bernama **Dead Sara**, sebuah band rock alternatif dari Los Angeles. Mungkin ini yang menyebabkan kebingungan antara nama-nama tersebut.
Emily sekarang jadi vokalis linkin park
Tidak, Emily Armstrong tidak menjadi vokalis Linkin Park. Hingga saat ini, tidak ada informasi resmi yang menyatakan bahwa Emily Armstrong dari Dead Sara bergabung sebagai vokalis Linkin Park. Setelah Chester Bennington meninggal pada tahun 2017, Linkin Park belum menunjuk vokalis tetap baru dan hanya sesekali mengadakan acara atau proyek kolaborasi.
Mike Shinoda, yang juga anggota utama band, tetap aktif secara musik baik dengan proyek solo maupun dalam aktivitas lainnya terkait Linkin Park.
Tolong riset lagi deh
Lalu dia riset ke beberapa, ada Wikipedia, Bing, dan loudwire.com.
Lalu dia memberikan jawaban berbeda sesuai sumber yang dia dapatkan
Tuh kan
Benar, setelah melakukan riset lebih lanjut, informasi terbaru menunjukkan bahwa Emily Armstrong resmi bergabung dengan Linkin Park sebagai vokalis baru mereka. Proses ini dimulai dengan kolaborasi pada tahun 2019, di mana Armstrong dan Mike Shinoda menulis lagu bersama. Akhirnya, setelah berbagai sesi, Armstrong dianggap cocok untuk bergabung dengan band tersebut. Pengumuman ini disertai dengan kembalinya Linkin Park ke panggung untuk pertama kalinya sejak 2017 dan peluncuran lagu serta rencana tur baru ([How + Why Linkin Park Hired Emily Armstrong as New Vocalist](https://loudwire.com/mike-shinoda-linkin-park-hired-emily-armstrong/)).
Menurut saya, ChatGPT itu hanya alat
bantu seperti halnya Google. Kelebihannya, dia ini bisa merespons dengan bahasa
yang hidup walaupun tetap tidak akan bisa menyamai bahasa manusia sesungguhnya.
Entah di kemudian hari dengan perkembangan demi perkembangannya. Buat saya
pribadi, sebagai penulis, ada hal yang bisa saya serahkan ke AI, ada yang tetap
saya ingin kerjakan sendiri. Karena ada kepuasan ketika saya menulis dengan
gaya bahasa sendiri, menulis itu adalah momen di mana saya bisa mengeluarkan ekspresi
sepuasnya.
Saya tahu bahwa banyak orang yang mencerca penggunaan ChatGPT dalam karya. Tidak masalah. Karena saya bekerja dalam industri buku yang mana tidak semua buku itu berkualitas. Tidak semua orang butuh buku berkualitas. Buku laris belum tentu buku berkualitas. Buku berkualitas belum tentu laris. Apakah saya pernah menulis buku berkualitas? Ya, Pustamera itu buku yang draining me a lot. Semua hal tentang diri saya ada dalam buku itu secara implisit. Di pasaran buku itu tidak laris, FYI.
Apakah saya pernah menulis buku yang laris? Pernah. Apakah itu buku berkualitas? Tidak. Apakah saya menyesal menulis buku itu? Tidak. Menurut saya, itu bagian dari pembelajaran hidup. Saya belasan tahun berada dalam industri buku, I know a lot of good things either bad things.
Oke, itu tadi ChatGPT yang saya gunakan untuk kepentingan penulisan. Sekarang sebagai editor buku. Ada beberapa hal yang saya serahkan kepada ChatGPT hampir sepenuhnya. Pertama, membuat brief desain sampul. Untuk mendapatkan brief yang detail, tentu saja saya harus punya kemampuan membuat prompt yang bagus. Itu didapatkan dengan punya kemampuan untuk menggambarkan isi buku secara ringkas dan tepat. Akan lebih mudah membuat prompt untuk buku nonfiksi. Tinggal masukkan cukup 1 paragraf ringkasan dan daftar isinya. Dalam 1 menit sudah jadi. Saya juga harus menambahkan tipikal kover seperti apa yang saya mau dan target pembacanya range usia berapa.
Sementara untuk fiksi, pada buku terjemahan—terlebih karya klasik—jauh lebih mudah walaupun saya sama sekali tidak membaca isinya. Tinggal kasih judul asli dan minta ingin dibuat seperti apa. Lebih mudah dibandingkan untuk novel yang baru pertama kali terbit.
Kedua, Saya juga pernah menggunakan ChatGPT untuk membantu saya mengevaluasi naskah terjemahan. Dia akan memunculkan tidak hanya ringkasan, tapi juga analisis tentang genre, sejarah, dan sebagainya. Sangat menghemat waktu. Saya tidak tahu apakah editor buku lain juga menggunakan cara ini atau bersikukuh untuk menolak tegas melibatkan ChatGPT. Tapi pakai DeepSeek. Lah sama aja, bjir!
Satu yang belum pernah saya coba adalah menggunakannya untuk proses editing naskah. Nanti kalau sudah saya uji, akan saya tulis di part 2.
Inti dari tulisan ini adalah, bahwa teknologi diciptakan untuk memudahkan, bukan menggantikan. Kalau manusia sudah kehilangan kemampuannya menulis, itu sangat menyedihkan.