Dead Sara; Band Rock yang Bagus Tapi Tidak Terkenal, Kok Bisa?

 

Hari ini tanggal 15 Maret which is kok ya kebetulan bertepatan dengan 15 Ramadhan. Saya iseng mencari tahu lewat ChatGPT. BTW, akhirnya saya pakai versi ChatGPT Plus alias berbayar karena katanya AI-nya lebih bisa diandalkan daripada yang gratisan, walaupun saya pakai yang versi patungan, bukan harga 20 dolar/bulan. Harga langganan patungan 57.500/bulan. Kualitasnya memang lebih baik dan unlimited untuk kepentingan membuat gambar. Kekurangannya adalah, saya harus pakai email dari mereka. Login dengan email tersebut. Tidak bisa pakai email sendiri. Dan hanya bisa dipakai untuk maksimal 2 device. Saya pakai di laptop dan HP. Jadi, buat yang tertarik coba boleh aja. Bisa cari TemanAkun, googling lah sana. Di webnya ada banyak pilihan langganan, termasuk Netflix dan Youtube. Saya masih mikir-mikir mau langganan Netflix apa tidak, secara semakin menua saya malah lebih tertarik mantengin channel Youtube Hersubeno Point yang banyak bahas politik ketimbang nonton film. Untuk Youtube Premium, per bulan hanya 35.000, bisa pakai email sendiri, dan tidak ada batasan device. Sayangnya, mereka tidak menyediakan langganan Strava.

Saya pengen nyobain ChatGPT plus untuk kepentingan riset ketika menulis buku. Saya butuh sekali alat bantu untuk mencarikan saya sumber referensi pendamping dan menerjemahkan teks sewaktu-waktu. Mohon maaf, saya akui saya malas menggunakan otak sendiri buat menerjemahkan teks. Ketika saya masih menggunakan ChatGPT gratisan, tidak jarang untuk menunggu sebuah jawaban, saya harus bersabaaaar sekali. Lama sekali. Kayak manusia kalau mikir. Nggak sat set, nggak oke gas, nilainya lebih ke 11 dari 100. Nah kan, emang bawaannya langsung ke jurang kematian.

Sampai mana tadi? Saya mencerna apa yang sudah saya tulis ini semacam bercabang ya. Begitulah otak saya bekerja. Terlalu ke mana-mana.         

Jadi tiba-tiba, setelah menulis kalimat pertama tadi, saya iseng bertanya ke ChatGPT, kapan pernah tanggal 1 Ramadhan bertepatan dengan awal bulan Masehi? Jawabannya belum pernah, gaess! Ini pertama kalinya. Akan terjadi lagi paling cepat 1 April 2478 M yaitu tahun 1913 H. Ini dunia masih ada atau tidak, masih dipertanyakan. Yah, sebuah fun fact yang tidak begitu penting memang.

Saya sedang mencari cara untuk membuka bahasan yang saya sendiri tidak tahu bisa panjang atau tidak. Soalnya, bahan saya tidak terlalu banyak. Tapi semakin pengen saya tulis sejak pertama kali mendengarkan lagu yang liriknya begini:

Radio one, two
Where've gone to?
I hear the static
In our ears so silent
Radio one, two
Whatever we want to
Have I wasted my life?
I haven't checked in a long time

Situasinya adalah saya sedang kerja di kantor. Untuk beberapa pekerjaan yang tidak butuh fokus 100% otak, saya pasti pakai headphone dan menyimak podcast atau true crime stories. Cukup jarang mendengarkan musik. Cuma waktu itu saya iseng milih salah satu konser Dead Sara, judulnya Live at the Troubadour, diposting 14 Mei 2016 oleh Ian Lacey. Silakan cari di Youtube. Durasinya satu setengah jam dan direkam dari kejauhan. Panggungnya tidak begitu besar, sehingga kualitas suaranya tetap okelah. Saya putar dari awal videonya dan berhubung tidak hafal satu pun liriknya, saya bahkan tidak begitu menyimak. Layar saya menampilkan naskah Word.

Karena itu sebuah konser, jadi setlist yang dipakai sudah pasti lagu hits-hits saja. Walaupun katanya hits ya, jujur banyak orang yang baru tahu enam bulan belakangan, sejak Emily Armstrong gabung ke Linkin Park. Setiap saya membaca komen, apa pun video yang menampilkan band ini, termasuk MV dan wawancara, pasti ada tuh yang komen kurang lebih begini: kenapa band sebagus ini aku baru tahu

Kenapa orang baru tahu Dead Sara justru setelah Emily menyeberang ke Linkin Park? 

Saya lanjut dulu soal konser tadi sebelum drifting away lagi. Saat lagi asyik kerja sambil memutar video konser, tangan saya berhenti menggerakkan mouse. Ada sebuah lagu yang catchy meski asing di telinga. Saya ganti tampilan ke Youtube dan melihat timestamp di kolom komentar. Lagu itu judulnya Radio One Two. Reff-nya simpel dan mudah dihafal. Emily menyanyi sambil memainkan gitar. Say putar lagu itu dari awal sambil menonton. Jujur, Emily kalau menyanyi sambil main gitu, itu level up, sih. Istilahnya itu ... ganteng. Dia tidak pernah menggunakan gitar sepanjang konser. Secara posisi resmi, dia itu vokalis. Ya sah-sah saja mau sepanjang konser pakai gitar, tapi sepertinya dia tidak mau mencuri semua spotlight. Dia berdiri di depan lalu bernyanyi dengan suara yang sangat berkarakter ditambah gaya panggung rock star saja sudah sangat mencuri perhatian penonton. Bagi-bagilah dengan yang lain. Mungkin itu yang membuat Dead Sara bertahan lama, yah walaupun tidak terkenal.

Radio One Two menjadi lagu favorit saya sejak saat itu sampai sekarang! Sudah bukan Lemon Scent, sudah bukan Weatherman lagi. Di telinga saya, Radio One Two dari intronya sudah asyik, karakter suara Emily mulai dari yang halus tapi raw sampai serak kasar tapi enak, keluar effortless. Setiap ada orang bikin video reaction Linkin Park formasi Emily, selalu menggarisbawahi betapa Emily dianugerahi suara yang tidak cuma rangenya sangat lebar, tapi semua karakter ada, yang angelic bisa, yang agresif bisa. Entah bagaimana caranya, output-nya bisa dia kendalikan dengan sangat baik. Termasuk orang mengomentari cara Emily menarik napas dan terdengar jelas di mikrofon, yang mana, untuk di dunia pop, suara tarikan napas biasanya justru jangan sampai terdengar, baik dalam versi rekaman maupun live di panggung. 

Penguasaan teknik vokal kalau dibilang karena jam terbang, bisa iya, bisa tidak. Dead Sara sudah dibentuk tahun 2002. Band ini berjuang keras di ranah musik rock indie sampai sepuluh tahun baru mengeluarkan self-titled album yang di dalamnya terdapat Weatherman dan mulai dikenali para musisi besar, termasuk Muse yang menjadikan Dead Sara sebagai band pembuka konser mereka. Sayangnya, itu tetap tidak membuat Dead Sara terkenal sampai ke luar Amerika.

Lirik lagu Radio One Two, bagi saya tidak se-heavy lagu-lagu Dead Sara lainnya. Maksudnya temanya tidak seperti biasa, yang tidak jauh-jauh dari seputar pemberontakan anak muda, kebencian pada pemerintah, isu kesehatan mental, cinta, atau tipis-tipis menyinggung soal Scientology. Bagaimanapun juga, penolakan orang-orang sama Emily ketika masuk Linkin Park adalah karena dia berasal dari keluarga penganut si S itu, dan dia pernah menyatakan sikap membela seorang pelaku kekerasan seksual, meskipun kemudian dia mengklarifikasi bahwa dia tidak pro.

Album Dead Sara tidak banyak, hanya tiga yang dirilis, terakhir tahun 2021. Mungkin karena mereka tidak bergabung dengan label raksasa sedari awal. Baru di album ketiga, mereka bergabung dengan Warner Records. Dead Sara lebih berfokus ke konser. Emily Armstrong di salah satu obrolan dia dengan Mike Shinoda, pernah bilang bahwa dia senang dengan aktivitas tur band. Terbukti, rekaman konser Dead Sara lumayan banyak. Mulai dari panggung kecil sampai yang panggung besar.

Emily secara personal sering berkolaborasi dengan musisi lain, seperti Courtney Love, The Offspring, AWOLNATION, sampai Demi Lovato. Ini orang bukan kaleng-kaleng, tapi kok bandnya tidak terkenal secara global? Why? Kurang apa sih? Kurang berpakaian seksi? Kurang jadi objek fantasi laki-laki ha?

Selain Radio One Two, sebenarnya ada banyak lagu Dead Sara lainnya yang bagi bukan penggemar musik rock seperti saya, tetap okelah didengarkan. Ada beberapa track sudah saya save ke playlist, selain 3 judul yang sudah saya sebut sebelumnya.

dailynews.com


Agar lebih mudah, saya urutkan dari album pertama Dead Sara. Whispers & Ashes, Dear Love. Lagu ballad yang kalau didengerin mirip Over Each Other dari Linkin Park. Kalau dibawain secara live, sontak membuat aura rock star Emily meningkat 200%. Ada juga Face to Face dan Sorry For It All.

Di album Pleasure to Meet You: saya suka Suicidal, L.A. City Slum, Mona Lisa, Something Good, Feel Right at Home. Coba dengarkan Feel Right Home lalu setelahnya IGYEIH dari Linkin Park, lalu temukan koneksi dari dua lagu ini. Selanjutnya ada For You I Am. Jujur saja, saya menemukan lebih banyak lagu enak di album ini ketimbang album sebelumnya yang terlalu rock.

Di album Ain’t It Tragic, lagu pembukanya, Starry Eyed, bisa dibilang menggambarkan gender album ini akan seperti apa. Rasanya agak ngepop, in a good way, ya. Namanya juga sudah gabung dengan label besar, pasti ada hal-hal yang dikompromikan. Hypnotic, Heroes, Hands Up, Gimme Gimme sudah jelas approved enak di kuping.

Ada beberapa single yang entah kenapa tidak masuk album tapi masuk EP. Saya suka Unamerican, Heaven’s Got A Back Door. Ada lagu cover Nirwana yang judulnya Heart-Shaped Box. Ada satu kolaborasi The Offspring dengan Emily, judulnya Gone Away. Ini karakter lagu yang cocok buat mengiringi footage video-video tragedi, semisal perang, kelaparan, bencana alam, dan sejenisnya. Ada satu track kolaborasi Dead Sara yang karena jadi OST sebuah film horor, nuansanya pun horor. Terlebih saat Emily tiga kali screaming. Bukan screaming ala Chester ya, tapi yang modelan bikin bulu kuduk merinding. Adegan ala-ala tokohnya udah terpojok sama si tokoh jahat yang megang pisau daging, siap-siap mau ngebacok targetnya. Judulnya We Get What We Deserve. Ini nggak ada MV resminya. Lebih bagus memang tidak perlu ada juga sih. Pokoknya lagunya creepy.

Snow in Los Angeles jadi lagu ballad Dead Sara yang memorable. Dirilis tahun 2012, tidak masuk album atau EP, dan bernuansa Natal. Salah satu lagu manis mereka yang enak di kuping Swifties macam saya. Sangat tidak rebel, sangat bersahabat, sangat hangat. Saya belum menemukan mereka pernah menyanyikan live lagu ini. Kalau ada yang tahu, silakan komen di bawah.

Adapun beberapa track saya jadi suka karena faktor MV, walaupun bukan tipe video yang berbujet besar seperti video Linkin Park yang banyak main CGI atau efek-efek canggih. Anybody videonya asyik dan konsepnya keren. Ada adegan Emily nyanyi di depan kaca, mirip sama The Emptiness Machine. Lalu Lemon Scent yang settingnya di dalam ring tinju. Unamerican dibikin agak sedikit rumit karena menggabungkan video dengan foto. Rada-rada absurd campur creepy.

Semakin panjang durasi saya mendengarkan Dead Sara, semakin saya merasa bahwa Emily membawa masuk separuh nyawa Dead Sara ke dalam Linkin Park. Okelah Linkin Park adalah band megabintang, tapi itu tidak membuat Emily menjadi hilang identitasnya. Dari cara dia bernyanyi, bahkan ketika membawakan lagu-lagu klasik Linkin Park yang sangat kuat Chester-nya, Emily adalah satu entitas tersendiri. Mike tahu itu karena dia pasti observasi cukup dalam soal Emily sebelum secara resmi menjadikannya vokalis. Kalau tidak, lagu Over Each Other tidak akan dikasih sepenuhnya ke Emily. Emily cocok di lagu-lagu ballad. Semua lagu ballad Dead Sara itu bagus. 

Selain itu, cara Emily berinteraksi dengan penonton, cara dia enjoy herself di panggung, berbeda dengan Chester. Kalaupun ada gestur panggung Emily yang baru ada setelah bergabung dengan Linkin Park, itu hanya sebatas penyesuaian, dan mungkin justru Mike yang minta. Entahlah, bahkan sampai sekarang orang masih menduga bahwa ada sesuatu hal yang Mike sembunyikan terkait masuknya Emily ke Linkin Park.

Post a Comment

Previous Post Next Post